๐ Dapatkan Transkrip Cepat dan Murah Hanya Rp10rb/rekaman ๐
Transkrip berikut dihasilkan secara otomatis dari aplikasi Transkrip.id. Ubah audio/video menjadi teks secara otomatis hanya Rp10rb dengan durasi tak terbatas. Coba Sekarang!
Sampai jumpa di video selanjutnya.
Halo semuanya.
Selamat datang kembali di channel ini.
Hari ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Kali ini kita akan mempersembahkan
sebuah video yang sangat menarik.
Halo, semunya, selamat malam.
Jadi mungkin kita masih ada 4 menit lagi
Jadi mungkin kita masih ada 4 menit lagi
Halo semuanya, selamat malam.
Kita mulainya jam 07.00 ya.
Jadi mungkin kita masih ada waktu sekitar 4 menit lagi
Sambil menunggu Iqbal dan
sambil menunggu Iqbal dan Idit gabung.
Sambil menunggu Iqbal dan Idit kembali ke tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama.
Sambil menunggu Iqbal dan Idit kembali ke tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama.
Sambil menunggu Iqbal dan Idit kembali ke tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama.
Sambil menunggu Iqbal dan Idit kembali ke tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama,
di tempat yang sama.
Halo Bang, lo bisa denger suara gue nggak?
Bisa, bisa.
Oke, kita nunggu Idit ya.
Udah sehat?
Masih, cuman...
ya, much better.
Oke.
Kayaknya, ini Bang,
lagi nggak fit banget, nggak apa-apa.
Kalau nggak bisa, nggak usah dipaksain.
Oke, jadi kita sambil
nunggu Idit,
kita mulai sekitar 1 menit, 2 menit lagi.
Kita tunggu
Mas Idit.
Jadi, selamat malam semuanya.
Sambil nunggu mulai.
Jadi, sebenarnya ini...
Oh, udah nyampe.
Jadi, kita mulai aja kali ya.
Assalamualaikum.
Oke, sip.
Karena udah pada jauhin, kita mulai aja.
Jadi, selamat malam semuanya.
Malam ini sebenarnya kita pengen ngobrol-ngobrol santai aja.
Jadi, kebetulan
kemarin ngobrol sama
Mas Didit. Udah lama nih kita nggak
ngobrol-ngobrol.
Kemudian yaudah, kita bikin Twitter space aja.
Dan bahasannya sebenarnya malam ini
kita pengen belajar
semuanya dari teman-teman tentang
gimana sih seorang senior belajar.
Karena gue sendiri punya
kekhawatiran, bukan kekhawatiran,
mungkin kegelisahan ya. Mungkin semakin senior,
mungkin udah berkeluarga,
kemudian udah punya anak.
Waktu kan untuk belajar semakin terbatas.
Pertanyaannya adalah
bagaimana dengan keterbatasan itu
kita bisa tetap mengoptimalkan
apa hal-hal, apa aja yang kita pelajari.
Jadi sebenarnya malam ini
kita pengen bahas itu.
Sebenarnya siapapun teman-teman nanti yang
pengen bertanya atau mungkin pengen share
tentang learning experience-nya, feel free.
Jadi, kita mulai dulu kali ya.
Jadi, malam ini
kita ada Mas Didit
dan Iqbal.
Jadi, kita akan ngobrol dulu
awal mungkin sekitar beberapa menit,
kemudian nanti kita akan buka diskusi aja bareng-bareng.
Gue akan mulai dari
siapa dulu nih? Iqbal deh.
Iqbal,
sehat banget?
Getting better.
Jadi sebenarnya
Iqbal ini lagi sakit,
jadi tadi dia gak mentor,
tapi udah di Twitter Space dia muncul.
Gue kesannya ya
lebih memprioritaskan Twitter
daripada kantor.
Jadi,
gimana Iqbal? Kalau menurut lo,
lo kan udah lebih senior ya?
Ketika lo udah
semakin senior,
ada yang berubah gak dari mungkin
cara belajar atau
proses belajar dan segala macam?
Ada.
Tapi, ini
masih biasa ya, kan gue
panjang ya kalau ngomong. Nanti lo cut-cut aja ya
kalau panjangan.
Dikit-dikit dulu aja.
Jangan dikeluarin semuanya langsung.
Oh gitu.
Sebenarnya sebelum
ke situ, sebenarnya gue pengen
share sama teman-teman dulu tentang
kalau kita mau bicara kayak
gimana sih lo belajar sebagai
senior engineer, mungkin
menurut gue, baiknya kita
mulai dulu dari ngedefine, emang
senior engineer itu apa?
Karena menurut gue itu
bagian penting, sehingga nanti
akhirnya jadi tau juga sebenarnya.
Yang kedua, berarti
habis tau senior engineer itu apa,
kedua,
apa yang dia perlu pelajari, baru
kemudian cara belajar ya gitu ya.
Sebenarnya, yang gue mau share ini
itu dari
buku yang bagus,
yang gue suka sekali, tapi gue
mengamini itu dari observasi yang gue amati
sependek karir gue.
Maksudnya, gue
karir dari
2009 sampai sekarang sekitar
13 tahun, it's not long,
it's quite short I think, but anyway.
Jadi ini bukunya
Will Larson, itu judulnya
Staff Engineer.
Jadi, si Will Larson
ini dia mengkategorikan
dia sebenarnya bahas staff engineer malah, jadi
dia bilang, setelah lo jadi senior,
terus apa? Nah, menurut dia itu ada
ada 4
archetype
seorang
staff engineer.
Menurut gue ini menarik karena
jadi ngasih gambaran, sebenarnya
ngapain aja. Yang pertama itu
tech lead.
Tech lead itu
adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap
approach dan eksekusi
di scoop biasanya team.
Biasanya tugas seorang
tech lead itu dia
ada kompleks task, dia
ngemaskin scoopnya
kemudian mengkoordinir team
untuk solve problemnya
dan unblocking team. Oleh karena itu
karena trade tadi biasanya
dia punya
biasanya
expect tech lead itu punya most
context dalam team gitu ya.
Terutama scoop for teamnya gitu.
Dan biasanya
dia bekerja dengan
either
engineering manager
atau product manager atau kadang kalah
both.
Itu tech lead tuh.
Yang kedua, jadi ada 4
yang kedua itu architect. Architect ini
biasanya baru muncul
ketika organisasi itu
gede banget. Karena
kalau organisasi lo mungkin di order
masih 30-40
engineer, mungkin gak sepenting
itu. Kenapa?
Karena sebenarnya si architect ini
biasanya responsible
responsibility-nya itu terhadap
specific technical domain
di organisasi. Jadi
dan biasanya
juga
kalau domain yang
sampai ada architect-nya itu biasanya domain
yang kompleks dan
sentral terhadap peran organisasi
itu. Ambil contoh
kalau misalnya
lo perusahaan yang
gerak di bidang retailing
kemungkinan maka
yang berkaitan dengan algoritma
matchmaking-nya
atau kartograf
bisa ada beberapa ya, ada algoritma matchmaking-nya
itu
biasanya itu domain yang sangat spesifik tuh.
Dan maksudnya beneran ada orang-orang
spesifik yang ditugasin
ini lo yang megang
domain ini.
Maka kebutuhan dia sebenarnya
adalah dia harus memastikan
dia tahu
kebutuhan bisnis
apa sih yang di expect
dari algoritma matchmaking-nya
dari segi bisnis
apa user goal sama
constraint-nya apa
jadi
ini menarik karena
gue bisa share salah satu cerita, ada cerita
dimana
aduh bisa di-share gak?
Nih
kalau berbahaya jangan ya
pikir dulu
atau
ini bukan cerita, ini
hypothetical skenario
hypothetical skenario misalnya
lo adalah
perusahaan yang bergerak di bidang
retailing
nah
lo selalu tahu bahwa
sebagian driver lo itu pakai
board
koordinat board
supaya koordinatnya itu dekat dengan
tempat yang hotspot ya
misalnya kayak di
area perkantoran
pas orang pulang kantor gitu-gitu
itu lo
sebagai arsitekt itu tugas lo untuk yang
apa dampaknya itu
kalau lo tahu itu lo bisa matiin
dengan teknik tertentu
tapi apa tuh dampaknya buat
bisnis matrix, apa tuh dampaknya buat user goals
jangan-jangan kalau digituin malah
driver terus kemudian gak mau nge-bid
itu hypothetical skenario
nah yang dua ini
sebenarnya gak terlalu
sesering itu ada, tapi
menurut gue ini juga tetap menarik, karena
gue pernah ngeliat dengan mata kepala gue, dua yang
terakhir nih
yang ketiga
tadi kan dua ya
tag lead ke
arsitekt, yang ketiga itu
solver namanya, solver ini apa?
solver ini adalah orang yang
namanya benar-benar
biasanya dia
kayak
Swiss Army Knife gitu
multi ini dia
multi-multi, polyglot
terus inilah
nah biasanya
dia tuh kayak
semacam trusted agent dari
engineering leadership yang
di-deploy ke hard problems
jadi kalau di
kantor kita dulu
ada orang namanya
si Shobit, Shobit ini
dia
pertama ditaruh di tim transport
untuk ngurus matchmaking, kemudian
ditarik, dipindahin ke tim mana
karena dia dianggap sebagai
orang yang technicality-nya
sangat tinggi, tapi
dia di-rolling aja untuk
solve hard problems
dan yang critical
tapi begitu
problemnya udah mulai contain
oh udah solve nih, yaudah dia cabut dari
tim itu, di-maintain sama tim lain
yang emang
disiapkan untuk itu
nah yang keempat tuh sebenarnya mirip
dengan yang ini
istilahnya si Will Larsen tuh right hand
right hand ini
yang gue
right hand ini mirip sama solver
cuman bedanya adalah kalau solver itu
dia beneran fokus di
technical problem ya, kalau
right hand itu biasanya
dia bekerja di yang
gak necessarily technical problem
ambil contoh misalnya
at some point, organisasi lo
tingkat
apa namanya
keberhasilan
hiring ratenya rendah, misalnya
for whatever reason, applicant banyak
tapi kemudian
apa namanya
applicant banyak, tapi
conversion ratenya rendah
lo mungkin kayak, ini ada yang salah nih mungkin
dengan proses hiring kita, maka ya
right hand itu yang ditaruh
lurusin deh gimana caranya
supaya
proses hiring kita jadi beres
dia juga mirip sama si solver tuh, dia akan
move dari satu problem ke problem lain
cuman dia biasanya ada di
intersection antara
tech, people
proses
dan culture, jadi
tapi again, dua-dua yang terakhir ini
gak terlalu sering, kenapa? karena
biasanya
model dua orang archetype
yang dua ini tuh agak-agak
unik ya
ya unik lah
ya itu dulu kali ya dari gue
maksudnya itu
gue
kalau sekarang ditanya orang, sebenarnya
senior tuh apa?
kalau lo lihat dari ini tadi ya
maka dari empat artat tadi
ada kesamaan
ada beberapa kesamaan
kesamaannya adalah
tugas dia biasanya
kompleksitasnya tinggi
yang kedua
ambiguity-nya juga tinggi
meskipun akhirnya
role-nya beda-beda, tapi
menurut gue ada dua karakter istri
yang
menonjol, itu dulu kali ya dari gue
biar gak panjang-panjang
ok, thank you
mas Didit, silahkan
gue pertanyaan
yang penting dulu nih, re, lo manggil
Iqbal, Iqbal manggil gue mas
soalnya gue dari Iqbal
udah dapet ini, lampu hijau
buat manggil Iqbal
gue mungkin agak nyamu sama tadi Iqbal bilang
kan Iqbal tadi mendefinisikan
apa senior, kalau gue mungkin
mendefinisikan apa yang dimengerti
sama senior, jadi mungkin kita mulai dari situ dulu
gue cuma mau mengutip
bukunya si
Max Kenneth Alexander, judulnya itu
Code Simplicity
bukunya tadi bayar, sekarang jadi gratis
jadi kalau teman-teman disini
mau download, itu udah gratis dan legal
jadi please download, cuma 80 halaman
tapi penuh sama insight
ntar lo, didit, antah
anda waktu beli, gratisan apa bayar?
gue belinya pas udah gratis
itu beneran pas udah gratis
malu, kita kan cheapskate
jadi di buku itu dia bilang
bedanya programmer yang baik
dan programmer yang buruk itu cuma satu kata
yaitu understanding
jadi dia bilang
good programmers itu ngerti
apa yang mereka lakuin, tapi
bad programmers itu nggak ngerti
nah ini kalau mau gue tarik, gue stretch
agak jauh gitu ya, sebenernya mungkin
ini juga yang membedakan junior sama senior
yang senior itu
ngerti banget
kenapa dia melakukan satu hal
apa yang mesti dia lakukan
situasinya apa, sehingga jawabannya
bisa jadi panjang
nah yang biasa dari pengalaman gue
interaksi sama yang junior
yang junior ini, apapun posisinya
mau itu engineer, designer
cenderung, oh iya bisa
tolong bikin fitur
buat nampilin harga barang terbaru, oh iya bisa
tolong bikin fitur buat
orang bisa
ngeliat diskon paling gede
saat ini, oh iya bisa
tapi mungkin kalau lo nanya hal yang sama ke senior
jawabannya mungkin beda
mungkin dia akan nanya
oh oke, implikasinya apa
kenapa saya harus bikin ini
apa, se-origin apa fitur ini
lalu kemudian di saat yang bersamaan
dia mungkin mesti menjagling
berapa tanggung jawab sekaligus
jadi
in a way, senior ini tuh kelebihannya
dia bisa memperlihatkan
hal-hal yang tadinya nggak kelihatan
oleh orang awam
jadi menurut gue itu ya, value-nya
interaksi sama senior kan seperti itu ya
dapet jawabannya yang lebih menyeluruh
jawabannya yang nggak hanya, oh iya bisa, oh nggak bisa
tapi juga kenapanya
nah jadi, gue rasa
mungkin
itu kali ya, hal yang mesti dikejar
kalau kita pengen jadi senior ya itu
pemahaman yang menyeluruh
tadi itu
mungkin gitu kali
kalau gue mau nambahin dari Iqbal tadi kan, tadi jawaban
Iqbal menurut gue udah cukup
komprehensif gitu. Cukup panjang ya
gue sopan
gue sopan
jadi
menarik sih
kalau bahasanya tentang
sebenarnya senior harusnya bisa
bernavigasi di lingkungan yang penuh
ambiguitas ya, yang lebih
ambigu lah ya intinya
dan dia bisa melihat sesuatu yang mungkin junior
nggak bisa lihat. Tapi kan untuk kesana
eh tapi ada Afif nih Afif
Afif lu ada mau disampaikan dulu nggak, lu punya pandangan
dulu tentang ini
Afif
kayaknya nggak ada, yaudah
jadi
kalau seandainya tadi kita udah ngebahas
kesana, tapi kan untuk
sampai ke titik itu kan
lu harus
apa ya, kan beda ya dari sudut pandang
junior dulu, lu pas disuruh
ngerjain fitur ini lu, oke gue bisa
kemudian lu
disuruh ngerjain yang lain, gue bisa
ketika pertama kali
dia merasakan, bukan menjadi senior ya
pertama kali dia merasakan
berperan sebagai senior, kan itu
mungkin agak
susah ya ngeliatnya antara
gue bisa ngerjain ini sama
harusnya gue melakukan ini
kan masih ada pelur tuh
kalau dari pengalaman Mas Didit
dan Iqbal, bagaimana caranya
lu bisa smooth untuk
melakukan transisi itu
seberapa faktap lu pernah bikin kesalahan
untuk bisa transisi dari junior
tadi ke senior
wow, kalau gue sih
seberapa faktap, gue udah sangat-sangat faktap
sekali, sampai yang
apa
waktu dulu gue pernah ada project
sebelum gue di tempat kita yang sekarang
ya gagal
aja gitu, bener-bener gagal
softwarenya gak bisa jalan
gak bisa jalan di production bahkan
tapi ya
itu setelah gue refleksi
lagi-lagi, itu faktapnya karena
gue terlalu naif, gue terlalu
oh iya bisa, gue gak ngitung dengan bener
gimana nantinya bisa jalan
atau pas jalan ternyata
hitungan gue gak masuk, salah semua
dan setelah gue pikir-pikir, ya banyak sih
apa
penggunaan kelas-kelas yang gak bener
jadinya salahnya panjang lah, waktu itu gue pake java
soalnya, nah jadinya
tapi menurut gue, itu hal yang
mesti gue laluin
karena dari situ gue belajar, kenapa ini
gak jalan
dan gue rasa bedanya software yang
bedanya yang senior sama yang junior itu
si senior ini, itu tadi kali ya
bagian dari dia
memperjelas ambiguitas
itu adalah dengan
dia tau si software ini
itu flow-nya seperti apa
happy path-nya kayak apa
edge case-nya seperti apa
jadi
kalau gue gak jalanin itu, kalau gue gak sampai
ketemu edge case-nya
mungkin gue gak akan belajar banyak
jadi
ya kadang-kadang
menurut gue gini sih, senior itu kan sebenarnya
role yang dikasih, bagian dari role
yang dikasih sama tempat lo kerja
tapi buat lo nyampe ke situ
ya memang lo mesti membuktikan bahwa
lo udah pernah punya battle scar
luka-luka dari perang
yang lo pernah membuktikan bahwa
software lo itu tuh gak semudah
yang diiakan dan gak semudah yang dikepala lo
pas lo implementasi bakal banyak
hal-hal kecil yang gak ketahuan sebelumnya
dan lo bisa, sejauh mana lo bisa mengakomodir
ya disitulah level senioritas lo
diuji
kalau menurut gue sih gitu
semakin senior orang
biasanya semakin lebih tenang ketika ada
production outage
apalagi dia akan
lebih tenang ketika dia menghapus database
production
gak ada orangnya di sini
kalau lo gimana bang?
kalau gue
sebenernya banyak ya maksudnya
dan termasuk di kantor sekarang pun
bahkan gue masih melakukan
beberapa
mungkin ada dua
yang notable kali, yang pertama itu
waktu, lo pernah dengar
project namanya Mahakam
gak ada di kantor ya?
nah itu
itu collective failure tuh gue
sama Giri, sama Vijay
jadi waktu itu
ada brief dari
Pak Ajay
bahwa
gue mau
DC kita self-service, briefnya begitu
terus
kesalahan kita adalah
kemudian
ya dari brief itu
kita tuh tidak
tidak apa ya
mencoba
memverifikasi
hal-hal yang unknown buat kita
karena sebenernya kan ketika
kita bilang gue pengen
DC data center kita
DC data center maksudnya
itu self-service, itu
terjemahannya kan banyak banget ya maksudnya
terjemahannya banyak banget dan
bergantung pada lo nanya ke siapa itu
di kepala orang bisa beda
lo tanya sama si Ajaynya
langsung yang waktu itu si Tio
bisa beda jawabannya dengan ketika lo tanya
ke orang-orang
di tech lead
di product team yang mereka
punya kebutuhan yang spesifik
bisa lagi beda lagi dengan
ketika lo tanya dengan
orang-orang yang
di ngurus opsnya
waktu itu kita timnya agak kepisah tuh
maksudnya gak
kayak sekarang kan tim kita kan
Gopay Infra tuh satu tim
gede gitu ya dulu
gue giri VJ sama Himani waktu itu
tim kecil yang terpisah sendiri
agak independen gitu
yang terjadi adalah akhirnya
kemanapun kita presentasi disalahin
sama semua orang
jadi
ini kayak gini, bener gak?
kata Ajay, bukan begitu
ke Tio
gini gak? gak gitu
terus ya gitu
jadi mungkin
ada pelajaran yang
nah sebenernya mungkin
dan waktu itu
mungkin salah satu hal yang
gue rasakan adalah
waktu itu gue ada perasaan
ih kan harusnya kayak gitu
bukan
urusan gue, maksudnya
waktu itu gue terlalu beranggapan karena ini
direktif datangnya langsung dari Ajay Gore
yang mana dia grup si Tio
harusnya yang lain nurut dong sama
Ajay Gore gitu
dan maksudnya gue berasumsi
kalau ada yang bandel-bandel
gak mau nurut dengan visi Ajay
Ajay dong yang nertipin
mungkin transisi terbesar gue
disitu kali gue ngerasa akhirnya
dari gagal itu, karena itu gagal tuh maksudnya
kalau lo cari barangnya sekarang di repo kita
gak ketemu tuh karena beneran mahakam
tuh gagal lah
dari situ mungkin
yang jadi pelajaran
gue adalah selanjutnya
ketika lo
bikin produk di
level itu, lo harus
asum ownership terhadap
segala halnya gitu
dan kadang-kadang segala hal itu
mencakup hal-hal yang lo gak
terlalu, yang lo gak pikir
itu tadinya tanggung jawab lo
dalam contoh sekarang
yang gue sedang alami, yang lo
mungkin juga tau
ketika gue dikasih amanah
langsung dari
head of
GOP
gue pengen lo tahun ini
mencari ex
fresh graduates
gue
berdasarkan pengalaman
kegagalannya itu gue langsung tau nih, oke
gue cukup yakin bahwa
proses hiringnya pun
itu meskipun bukan gue yang
langsung eksekusi, tapi
yang dikejar tanggung jawabnya pasti gue
jadi ya
itulah kenapa
kalau lo lihat kalender gue di bulan April
dan May, itu April
May udah berlangsung bootcamp
April itu
sebenarnya kan yang gue senangi dari
ngajar di bootcamp, ngajarnya kan
di kelas, ngajar dan segala macam
tapi ketika
goalnya adalah gue
harus mendapat sejumlah
fresh graduates tertentu
untuk dimasukin ke sistem bootcamp kita
itu gue gak bisa lagi
yaudah kan tugas gue ngajar
yang nyari, ya yang lain dong
bukan tanggung jawab gue, kan udah disuruh
sama head of GOP, yang lain
murut dong, gak gitu
Alhamdulillah akhirnya gue beroperasinya gak kayak gitu
gue beroperasinya dengan
yaudah gue koordinasi sama
tim recruiter, ketika butuh interviewer
gue koordinasi sama semua tech lead
gue minta tolong
gue sampai ada satu titik, gue roadshow ke
semua tech lead, eh tolong dong
anak lo disuruh daftar jadi
interview
itu sebenernya kalau lo pikir-pikir
kayaknya disitu peran gue
lagi jadi sebagai right hand
karena gitu
ini apa urusannya
engineer
ada weekly cadence
sama recruiter
tapi that's part of
the job yang
gak necessary technical
harus gue
maksudnya karena nama gue
yang ada di asana
kartnya, makanya
gue yang ditagi
if that make sense
or not
ntar nama gue ditaruh di asana semua
tapi banyaknya
kart yang lain
yang di assign ke lo
malah jadi ini
kita kembali
jadi
jadi sebenernya
menarik ya, berarti
jadi gini
gue kan belakangan kan
ngelakuin beberapa mock interview
kesalahan yang selalu
gue temukan itu adalah
orang itu selalu berasumsi
tanpa mengklarifikasi
jadi misalkan gue ngasih
problem statement, misalkan gue bilang
coba lo bikin sistem
ticketing untuk movie, misalkan kayak gitu
terus mereka dengan
gue memang sengaja ngasih ambiguitas
gak gue kasih tau yang diminta
fitur apa, segala macem, terus mereka tiba-tiba
jump in langsung, oke ini database
desainnya, padahal gue gak ngasih requirement
apa-apa, selain gue cuma bilang
bikinin gue
sistem movie ticketing, untuk booking
itu contoh yang paling
sering gue kasih, dan banyak banget
orang yang fail disana karena
lagi-lagi mereka punya asumsi tapi tidak mengklarifikasi
dan yang gak
mungkin related dengan yang Iqbal bilang
tadi itu related dengan gimana caranya
mereka memastikan goalnya itu bisa
kesampaian, jadi mereka udah
tadi gak mengklarifikasi
asumsi, mereka langsung jump in
dengan solusi yang menurut mereka
kayaknya gini deh, tapi yang lebih parahnya
lagi mereka tidak memastikan fitur-fitur
apa aja sih yang perlu
untuk lo bikin sistem movie ticketing
sistem, misalkan lo perlu katalog
kemudian lo butuh bookingnya, lo butuh paymentnya
itu gak ada
jadi kalau gue ngerasa itu senada
dengan yang Iqbal bilang ketika lo
berasumsi kalau lo
ngelakuin ini, mungkin responsibility gue
cuma engineering doang, tapi gue gak harus pikirin
gimana marketingnya
gimana politiknya, dan segala macam
dan pada akhirnya
jadinya juga gak ngeliat
lo juga jadi gak bisa mencapai goal tadi
jadi kalau menurut gue
emang disana sih
sebenarnya
yang gue rasain, sekarang gue lebih
gue gak tau, mungkin Iqbal tau lah
gue sekarang rada-rada
lebih kritis soal requirement
sebenarnya sekarang
kadang dikasih ini nih, terus gue tanyain
ini beneran gak nih, ini kayak gini
sebenarnya karena
karena itu, karena
gue udah di kantor
kan mungkin sekitar 2 tahun, gue sering melihat
bahwa engineer itu
terlalu suka berasumsi tanpa mengklarifikasi
jadi apalagi kita ya
kita kan di tim
internal ya, maksudnya yang ngedevelop
tools untuk developer, karena kita juga developer
kita merasa, oh developer tuh butuhnya
ini loh, padahal
sebenarnya kita lupa mengkonfirmasi
bahwa, eh lo beneran butuh ini gak sih
nah itu yang menurut gue
yang semakin diperlukan oleh seorang senior
jadi biar yang di bawah-bawah
yang tadi udah semangat ngerjain tuh gak salah arah
kalau padahal
karena kalau seniornya udah gak
gak tau, gak bisa
apa ya, ngebikin
constraint atau batasan yang jelas, atau
skop yang jelas, itu di bawahnya tuh
junior-junior tuh bisa, gue bikin ini deh, gue bikin ini deh
terus ketika di showcase
eh, kenapa kita butuh itu, kan kemarin
kita gak ada bahasan itu, nah
kalau menurut gue, disanalah sebenarnya
senior itu perlu belajar
gimana, mungkin skill yang gak kalah penting
menurut gue tuh, skill untuk bilang
tidak ya, karena orang tuh
takut ketika lo bilang
eh tolong kerjain ini dong, gak mau gue
orang tuh takut ketika
dia bilang kayak gitu, dia akan di judge sebagai
orang yang tidak kooperatif, padahal sebenarnya
ya gue butuh di convince
lebih jelas aja
lo sebenarnya yang mau, lo mau apa
dan gue juga punya yang lagi gue kerjain nih
gimana caranya kita bisa win-win lah
kayak gitu
bener-bener, malah ini sebenarnya
baru kejadian minggu kemarin nih, kan
gue inget tuh
kalau gak salah, salah satu stand-up kita
ada request fitur dari
gue lupa, apa sih
MongoDB, aduh
ini gini, mungkin buat audience
mau dapat konteksnya, tim gue
sama Imre itu bikin
kita tuh punya platform
satu komponen platform
itu basically adalah lo bisa
provision, configure, dan nge-manage
databases
secara self-service di platform tersebut
yang kita serve databasesnya ada
banyak, ada Postgre, Redis
RabbitMQ, MongoDB
salah satunya, kalau gue gak salah
ini requestnya adalah, jadi ada
satu konfigurasi yang gak standart
gitu, si
developer tuh minta ada
steam product yang, eh gue mau
provision konfigurasi ini
gue lupa databasenya, kalau gak salah
MongoDB, lupalah gue, tapi
intinya konfigurasi itu kita gak sediain
di platform kita, belum kita sediain di platform kita
ini gue ingat karena Imre yang
gue terus bilang waktu itu
ke tim, nah ini
gue bilang, yaudah coba aja
masukin ke backlog, terus tapi Imre yang
nge-counter, Imre bilang
eh bentar dulu, dia bilang
ini, yang pake
ini berapa banyak ya, coba deh di-check
maksudnya, coba di-check di request-request
tiket kita sebelumnya, ada gak yang pernah minta
konfigurasi kayak gini lagi sebelumnya
dan ternyata setelah di-check, oh enggak, emang gak
pernah, jadi, dan itu
bagus, maksud gue, karena
iya itu juga ya, itu termasuk
kayak saying no kan, maksudnya
yaudah ini jangan di-falsitasin jadi
fitur, tapi udah provision
dengan konfigurasi yang biasa, itu
jadinya gak
gak lewat
feature, tapi di-configure secara manual
that's not clean, tapi
menurut gue itu
approach yang lebih baik, karena
maksudnya ketimbang lo keluar
effort sekian lama untuk develop
feature yang sebenarnya itu
belum tentu sesuatu yang rekaring
mendingan emang ditolak gitu
betul, betul, betul
nah gue juga, mungkin kalau menurut gue juga faktor lain
yang bisa bikin Imre jadi kayak gitu
si Imre juga kemarin diminta
tolong bikin redis
juga kan, ini dulu
diskusi dulu kan, menurut gue
juga yang bisa bikin Imre
grow jadi kayak gitu, mungkin juga memang
kita expose ke hal
gitu, jadi
gue rasa gak bisa junior
gue rasa gak bisa
junior tuh dibiarin jadi
junior aja tanpa ke expose sama
interaksi yang lebih luas, justru dengan
di expose ke interaksi yang lebih luas
dengan melihat gimana
sebuah requirement itu
diiyain atau dinggain, gitu kan
jadi dia memang belajar buat juga
turut melakukan hal yang serupa, gak hanya
sekedar, oh ada fitur, kejain
gitu
itu menurut gue tanggung jawab senior-seniornya
juga sih buat bikin junior jadi senior
ya diberi venue lah ya
untuk bisa
berinteraksi, karena emang bener sih
gue ngelihatnya dengan
interaksi yang luas, lo lebih bisa
memahami bagaimana
harus bilang gak
ke orang-orang, jadi misalkan
gue
jadi ada satu website
nohello.net, itu sebenernya
ada
kan biasanya karena
kita di team system, kayak team support
jadi kan banyak orang nge-report
sesuatu, dan
kita tuh, gue dan beberapa
teman gue tuh naro di status like
itu nohello.net, jadi
biasanya orang ada yang ngejapri kita tuh, hi
terus udah sekedar
nah itu kita punya aturan bahwa
kalau ada orang nge-chat hi gitu doang, itu gak kita bales
cuekin aja, gak bisa dibales
cuekin aja, dan
gue dulu waktu junior, gue ngerasa
anjir kalau gue gak ngebales
orang ini, nanti gue malah mandek
karir gue nih, gue dibales orang
tapi pada akhirnya, setelah
kita akhirnya, orang jadi
tau, orang tuh jadi lebih
straight forward kalau mau ngomong
kantun 2 ini dong, gini, jadi
kita pun bisa belajar
untuk bisa lebih
straight forward juga untuk ngasih solusi untuk dia
jadi sama-sama seneng gitu, jadi
gue rasa itu juga sih, harus
lebih berani ya lebih, gue gak bilang harus
jadi bad cop, tapi
harus lebih berani aja sih
untuk mengutarakan pendapat
ini ada mas boris nih ntar
mas boris, terima kasih udah
mau bergabung, assalamualaikum
waalaikumsalam mas boris,
tadi bingung di invite sama Imre nih,
soalnya mantan engineer ini, jadi
menyusup ini, jadi
sekarang bisa pesan soalnya
kalau dari mas boris
sendiri, gimanakan mas boris nih
lumayan lama juga nih
berkarir, semakin
senior tuh apa aja sih yang perlu
mungkin dipelajari
gimana cara belajarnya mungkin
ya tadi
sempat disebut ya sama
Iqbal Pak Aditya tentang yang saying
no ya, saya kebetulan kemarin baru
tweet juga tentang 2 keahlian penting buat
designer tuh, yaitu
bilang no sama ngotot, nah itu
2 hal itu sih sebenernya kalau makin senior sih
cuma kalau bicara nyambung sama tadi yang
dibuka sama Imre di awal
tentang kalau kita udah makin senior,
sudah berkeluarga, belajar gimana
kalau saya sih jadi designer
malah jadi head gitu ya, terutama
jadi head design, malah jadi lebih banyak belajar sih
cuman kita lebih kayak high level
aja, karena kalau misalnya saya bicara
misalnya sama designer
interaction gitu, saya harus tau juga
gitu ya tentang itu gimana sih misalnya
pakai loti atau dari after effect dipindah ke loti
gimana, tapi saya cukup tau kayak high level
aja biar kelihatan sama anak gue, ini
kasih aja ya, biar kelihatan sama anak gue
ini jago banget, cuman baca
overviewnya doang, ini
kayak cari keywordnya gitu
tapi emang konsekuensinya
makin senior emang harus makin banyak tau sih
karena kita tuh jadi kayak tempat orang
buat bertanya gitu kan ya, kalau orang mentok
ke kita gitu kan, bukan cuman
masalah kerjaan, tapi
kerjaan contoh
buat kolaborasi juga tuh, jadi kayak
tadi saya bilang skillnya harus bisa
bilang no sama ngotot, karena
kalau misalnya kita desain ya
terutama ya
panaman dulu lah, kalau jadi engineer itu kan
atau jadi
mobile software engineer itu kan kalau orang bisnis bilang apa
saya bilangnya gak bisa terus gitu ya, jadi gak bisa ini
kita udah pakai library ini aja gitu kan
kalau saya dulu cari gampang aja
gitu kan istilahnya gitu kan, udah dibikin
library-nya, nah itu
biasanya kalau mentok itu bakal ke saya
gitu kan, nah itu tugas
biasanya senior buat menjebatani
tapi biasanya emang harus agak ngotot sih
set tapi true
bahwa kadang-kadang gak bisa objektif juga
oh ini buat produk yang lebih bagus atau buat user
kadang-kadang emang harus ada ngotot-ngototan juga sih
tapi tetap komunikasi
jadi mungkin ya itu ya, cara belajarnya
sih kalau tadi nyambung pertanyaannya Imre
di awal, kalau saya sih tetap disiplin
sih, jadi kayak misalnya set aside
setiap hari tuh berapa jam buat
kayak lihat trend, kemudian
bener-bener, kalau saya masih hands-on
jadi kalau suka ada yang mungkin gak tau Imre
liat Twitter saya apa enggak, tapi saya sering banget tuh post
hands-on desain, jadi biar saya pun
tetap current gitu ya, tau
tentang apa yang terjadi, jadi
kalau saya sih beda-beda mungkin, cuma kalau saya ngeliat
kalau makin senior tuh kita justru bisa lebih
dapet respect dari
bukan cuma anak buah, tapi juga dari
stakeholders, kalau kita juga desainnya
juga proven gitu ya, jadi bisa ngasih lihat
kayak gini loh sebenernya bikinnya
jadi set aside waktu
tetap harus disiplin, kemudian itu tadi
saying no sama ngotot, itu kalian yang harus
dilatih, kalau makin senior
ngotot
tapi ada caranya ya, jadi harus
komunikasi gitu, bukan
ngotot-ngototan gak jelas
gak mau, gak mau
Imre kerja ini ya
enggak ah bodoh, lu aja yang ngotot
cuman emang kalian bilang
itu menarik sih, jadi kayak ada misalnya
kadang-kadang kita tuh harus bisa manage
kayak awkward silence gitu loh, kalau misalnya
saya pernah dulu pernah di salah satu
ini ya, video streamingnya
lumayan gede gitu, CEO-nya
data kayak gini-gini gitu kan
terus saya bilang enggak gitu kan, soalnya based on research
sama data gak, itu misalnya
taruh button disitu gak proven gitu, terus
diam lama gitu kan, jadi kayak
bos saya juga nungguin, saya bilang iya, dia juga
saya juga nungguin dia bilang oke deh gak apa-apa gitu
jadi lama gitu kan, silence terus
akhirnya gak ada yang jalan gitu kan
nah itu harus ngelatih juga tuh kadang-kadang
awkward silence itu berarti gak dimanage
sebenernya kan
bilang enggak kan juga ada seninya ya mas Boris
bilang enggak pakai data, bilang
enggak dengan sopan, iya bukan bilang
enggak sih, jadi kayak kita
balik lagi gitu, misalnya pakai gini terus
oh itu apa ya, based on apa ya gitu
jadi kayak misalnya CEO itu bilang, ini
button play-nya nih harusnya ditaruh di cover-nya
nih gitu, kayak Youtube gitu, saya dulu kan
pernah ngerjain video streaming, terus saya bilang
itu pertimbangannya apa ya, buat konteks kita
nih di layanan kita gitu kan
dari mana tuh, jadi itu bilang enggaknya kayak gitu
bukan, oh enggak gitu, atau dicokin
kayak tadi yang hellonya gitu ya
tapi kadang setelah
digituin pun orang juga masih
enggak terima mas, tapi
kayak gini loh, karena kan kalau seandainya
ada orang menyampaikan sesuatu ya
terus habis itu kita sanggah, kadang
mungkin ada orang yang
merasa, ih lu mempertanyakan
kejahilan gue gitu loh
kan ada juga kan, nah
kalau bertemu dengan situasi kayak gitu
harus gimana mas?
iya jadi model no-nya tadi yang dibilang
sama Jimri ya, no itu bukan no langsung ngomong
enggak gitu ya, jadi kayak kita tanya dulu
itu kan kita udah punya alternative design
misalnya, terus oh disuruh
taruh tombol play-nya
yang ngejeblak gede gitu di
di cover
filmnya gitu kan, dengan asumsi
bahwa itu bakal ngedrive
conversion lebih besar, ya kita
tanya lagi, oh itu based on apa gitu kan
dia bilang, oh ini based ya hunch-nya
CEO aja, udah berapa kali proven lah hunch-nya
kita harus percaya juga nih, kadang-kadang
para eksekutif juga punya kayak intuisi
yang kuat juga gitu kan
cuman saya juga kuat-kuat juga
selain dalam kita udah testing segala macem
jadi kita bilang, oke deh kita
cobain itu jadi bahan buat alternative ya
terus kita coba eksperimen aja, jadi
kalau orang, kita kadang-kadang nge-refresh
sesuatu sebagai, atau nge-reframe sesuatu
sebagai eksperimen, orang lebih open gitu
jadi kayak misalnya, kalaupun saya misalnya mau push
sesuatu ya, bukan cuma saya terima, tapi saya push
ide, terus saya nggak bakal bilang, ini nih
pengalaman saya nih, waktu saya di
ridehailing ini, itu proven banget
saya nggak bilang kayak gitu, saya bilang kayak
ini ada, kita kan ada
target atau ada issue nih tentang
conversion di homescreen misalnya
food gitu ya, nah itu
pengalaman gini, ada kayak gini, bisa nggak
kita coba eksperimen, itu kayak gitu-gitu
bagian dari
kepintaran kita
bukan berpolitik apa ya
ya boleh kali ya
jadi kalau di-refresh, di-reframe sebagai
eksperimentasi, orang lebih open sih, gitu sih
caranya sih, dan kita bilang, oh kita terima dulu
tapi emang harus ada follow up ya, disiplin
tapi jangan, oke terima, terus diamin aja gitu
soalnya kadang-kadang tuh
bukan cuma eksekutif ya, terutama eksekutif
eksekutif itu kadang-kadang ide itu kayak suka
kayak reaksi
kayak knee jerk gitu
jadi kayak
jadi kayak, oh ini coba aja buttonnya disini
gitu kan, dan dia kan kadang-kadang yang
kita dulu, kalau misalnya saya dulu masih belum
senior kayak, oh yaudah deh gitu ya
nggak enak juga gitu kan sama senior
apalagi eksekutif gitu kan
VP level atau C level gitu kan
kalau sekarang lebih kayak, oke deh kita
terima dulu jadi alternatif, kita coba eksperimen
gitu kan, kayak gitu sih
jadi kayak burida dulu
dan mungkin dua hal kali ya
ini dari yang gue alami juga kali ya
Mas Boris sih, yang pertama itu kalaupun
kita pengen bilang nggak gitu
mungkin trik yang paling utama adalah
gimana caranya yang ngomong nggak itu justru merekanya, bukan
kitanya gitu
misalnya di bilang, oh kita taruh button disini gitu
mungkin kita bisa tanya, kenapa kayak gitu ya
ada referensi lain nggak ya
kalau, ya kita
probing sampe akhirnya dia bilang, oh iya ya
kayaknya itu nggak juga, jadi batal-batal gitu
itu mungkin jadi kayak, wuih
dia sendiri yang bilang nggak, bukan kita yang bilang nggak
tapi, nah itu mungkin
kalau misalnya ketemunya yang sama-sama
ini yang sama-sama istilahnya
kayak vocal gitu atau opinion
itu agak susah tuh
apalagi kalau dia mencapai
VP level, biasanya VP level itu kayak
very strong gitu sih opinionnya
tapi juga mungkin ini kali ya
yang menurut gue sih yang bikin
orang jadi senior itu juga dia bisa menjaga
supaya percakapannya itu memang
bener-bener ngebahas hal yang
matters gitu, bukan yang sekedar
kayak tadi ya, bukan sekedar
knee jerk reaction gitu
jadi bener-bener, kita mau ngebahas
apa sih ini gitu, misalnya kan, misalnya kalau
kita ngomongin desain gitu misalnya
ini kita mau ngejar outcome-nya apa sih sebenarnya gitu
jadi dibalikin situ lagi, bisa ngebalikin situ
jadi agree-nya di goals-nya
biar sama gitu ya
bisa
cuma kadang-kadang
kalau saya sifatnya mungkin agak susah kali ya
mungkin orang kalau pernah ngangkat dia sama saya
di beberapa tempat gitu kayak bilangnya
ini kayak Boris nih emang agak
difficult to deal with gitu ya
cuman ya
ya itu sih karena
sering ngomong no-nya itu sama Prath
juga di beberapa tempat tuh kayak
pas di meeting terus ada head engineering-nya
se-jesus waktu saya bilang, saya langsung ngomong
oh iya deh, dia langsung kayak wah yes
katanya gitu, akhirnya bilang yes katanya
karena susah banget buat
bilang yes-nya gitu, cuman emang itu sih
kan saya ingat selalu nih kayak dibilang sama
Steve Jobs waktu dia pertama kali launching
iTunes tuh ya, kan dia bikin
press conference tuh, terus orang tuh
angkat tangan semua wartawan, terus tanya
kenapa nggak ada feature ini, nggak ada feature A, B, C
segala macem, terus dibilang ya coba-coba turun dulu, turun
tangan semua dia bilang, terus dia bilang
inovasi itu bukannya bilang yes ke
semua hal, tapi dia bilang, bilang no
but to the most
but except to the most
important things gitu, jadi dia fokus
itu penting sih buat ada satu orang
yang kayak gitu sih, jadi kadang-kadang
ya butuh waktu sama butuh
tapi untungnya sekarang lebih ini ya
dengan nggak ketemu langsung
work from home gitu, jadi agak
lebih gampang sedikit lah, kalau ketemu langsung
agak susah manage-nya, karena ketemu langsung
terus kayak gitu tuh nggak enak gitu lah, kadang-kadang
nggak enak juga, apalagi sama
devil gitu, kayak gitu sih
kadang-kadang harus ngeliat mukanya
ngeliat ekspresinya
aduh gue harus gimana nih
kalau ekspresi mukanya kayak gini
kalau sekarang agak
lumayan lah, karena kadang-kadang
apalagi kalau pakai selek ya, jadi
pakai hadel gitu, nggak keliat muka gitu kan
ngejawab nggak ya?
gimana senior belajar
Afif
halo
tes-tes
tadi gue nggak sadar sebenernya ternyata
dijadiin speaker ya, mungkin gue kepencet
tapi nggak apa-apa sekalian deh
kenalin dulu semuanya, gue Afif
dulu temennya Imre sih di
kampus ya, beda jurusan tapi
jadi
kalau kita ngomong soal senior engineer
tadi kan kalau misalnya yang gue
apa ya, dari dasarkan
pengalaman selama ini tuh yang ternyata
bener-bener akhirnya membedakan
dia dengan junior tuh memang
akhirnya di experience-nya itu, jadi sesuatu
yang dia dapet tuh
emang butuh waktu buat dapetin itu ya
jadi on top of yang tadi mungkin
entah seperti bilang ya mas Iqbal
dan yang lain-lain gitu ya terkait
oh ini nih skill-skill yang
dia dapet gitu ya
ketika emang dengan
experience dia dapet itu dari
yang butuh waktu itu, dia juga dapet skill
yang akhirnya dia tuh bisa navigate
misalnya dari sistem tuh dia udah tau tuh
mungkin di organisasi itu dia udah 3 tahun dia tau nih
yang piece ini tuh adanya disini, piece ini
adanya disini, terus juga
dari organisasi-nya sendiri tuh dia udah tau
gitu, jadi mungkin
dia orang yang dibandingkan yang junior itu
yang lebih pas untuk bisa
getting things done akhirnya, karena
kalau misalnya ada problem nih tentang
ada problem apa-apa gitu, dia tau
akhirnya dia harus ke orang
ini gitu, karena dia udah tau gitu, mungkin
orang-orang situ itu, makanya itu even katanya
yang sering terjadi kan kalau misalnya
mungkin senior engineer ya
pindah ke satu organisasi yang baru
ya dia tetap butuh waktu buat
dengan organisasi itu
supaya bisa
emang akhirnya optimal gitu ya
selain itu juga kan
si senior engineer ini mungkin
kalau dibandingkan dengan yang lain ya itu tadi skill untuk
bisa zoom in zoom out gitu ya, ngeliat
satu permasalahan itu dari
mungkin kalau dia
zoom out gitu kelihatan mungkin dari
kalau kita lihat dari sisi yang lain tuh ini tuh
terkoneksi dengan mana-mana aja gitu lah
ya itu yang agak mungkin memang cuma bisa
dibangun dari si experience tadi
itu sih paling yang mungkin sedikit
dari gue, gitu dulu aja sih
thank you, thank you
oke, oke, oke, thank you
menarik ya, jadi sebenarnya
konteks tentang perusahaan itu
sendiri pun sebenarnya juga
hal-hal yang perlu dipelajari ya mungkin
emang bener sih
gue dulu ngerasain ketika ada di
perusahaan yang mungkin ukurannya 30-40
orang tuh
untuk mendapatkan suatu konteks tuh
lumayan relatif lebih gampang lah
karena ya satu ruangan, dua ruangan
gampang tau orangnya siapa aja
tapi ketika udah di organisasi yang
mungkin lebih besar
konteks tuh
udah kepecah di mana-mana dan
menurut gue jadinya kalau seandainya
kita mau naik
sebagai senior, kita juga bisa
navigate, maksudnya
tau bis ini ada di tim mana
bis ini ada di tim mana, bis ini ada di tim mana
supaya kita bisa punya
konteks yang cukup lah untuk menyelesaikan
mungkin problem yang diberikan ke kita
dan ya lagi-lagi balik lagi ke
poin yang tadi mungkin Mas Didit bilang ya
mungkin semua orang tuh butuh venue-nya
karena mungkin gak semua orang juga
bisa dapet venue untuk bisa bernavigasi
di perusahaan besar karena mungkin kerjanya
udah spesifik banget, jadi yaudah
tapi kalau gue rasa sih, itu hal yang bisa
dicari lah ya, mungkin tidak
dengan tuntutan pekerjaan tapi yaudah
sekedar kenal sama tim lain
mulai dari networking dengan
tim lain dulu, kemudian baru bisa
ngumpulin konteks-konteks tadi
ada lagi gak?
Mungkin gue nambahin dikit ya
kayak yang tadi ya, yang buat
ngasih space buat junior engineer
tuh buat bisa
ngasih venue buat dia bisa berkembang
ini mungkin yang
kesalahan yang sering
dilakukan oleh senior engineer gitu kali ya
kayak dia
si senior engineer ini
mestinya tuh ya, dia tuh bakal
valuable ke perusahaan, kalau dia tuh melakukan
sesuatu tuh ya mungkin cuma dia yang bisa
melakukan gitu loh, kalau misalnya udah
problemnya udah jelas, udah apa mungkin
tinggal eksekusi, mungkin yang bagian itu tuh
harusnya bukan dia yang ngerjain, kayak gitu
dia ngasih space gitu buat orang-orang
yang lain yang
yang junior engineer itu
supaya bisa gitu
experience untuk
ngesop problem itu
jadi ntar
kadang-kadang ada orang yang
mungkin dia pengen selalu dapet problem
paling susah dan akhirnya
cuma tim-tim dia itu akhirnya gak berkembang
gara-gara dia tuh mungkin terlalu
terlalu apa ya
kayak gitu lah, terlalu superman gitu
semacamnya, gitu sih
Bah, lo mau ngomong sesuatu?
Nah, sebenernya itu
gue
cuma ini aja mau
nambahin
beberapa hal dan ya
sebenernya sebagian udah disampaikan
juga sama
teman-teman yang lain
ada Mas Hafif
Mas Boris, Didit
kalau menurut gue
gue masih pake framework yang tadi
ada empat role yang berbeda, ada tech lead
ada architect, ada software
ada right hand dan mereka punya
kalau
nah ini nomor satu adalah
itu, sorry
ada disclaimer dulu
empat archetype
tadi itu bukan
prescriptive ya maksudnya, tapi itu
sebenernya kayak hasil observasi
oh kayaknya ada ini, bisa gak ada tipe-tipe lain itu?
bisa, itu dulu, tapi sebenernya
yang pengen gue sampaikan adalah
apa yang, ketika kita
karena kalau gue
lihat audiensnya kan sebenernya
kayaknya at least audiens channel lo
audiens channel gue
kebanyakan kan audiensnya teman-teman yang
early di karirnya
dan pengen transisi menjadi seorang senior
makanya sebenernya kalau dari gue
lihat
at least ini ada framework yang berguna yang bisa kita
pake, framework dari Will Larson, ini ada empat
archetype tadi, mungkin mulai dari
lihat dulu kita
lebih cenderung pengen jadi yang kayak apa
itu menentukan apa yang kita mesti pelajari
jadi kalau misalnya
kayak konteks soal
gimana kita cara negotiate scope
gimana cara kita berinteraksi
itu kepake ketika lo
aspirasinya jadi
tag lead, karena itu tugas tag lead
tugas tag lead adalah
ensure approach dan
eksekusi dari team
jadi maka dia yang dealing
ketika datang requirement dari
IM, requirement dari PM
dia yang dealing scope
dia yang, nggak, jangan gitu
itu secara
teknikal
perspektifnya nggak masuk
tapi akan berbeda
ketika lo misalnya pengen jadi
arsitek, karena kalau arsitek maka
sebenernya mungkin yang
kalau lo mau transisi menjadi arsitek maka mungkin
yang perlu lo lakukan justru adalah
lo ambil satu
bagian
yang core banget dari
org lo dan lo dalemin itu sampai
dalam banget, itu
kayak modelnya mas Didit
di Tionur tuh, ngulik-ngulik
itu kayak gitu
yang gue liat nih kalau di org kita tuh modelnya kayak
kayak si Zufar
maksudnya
gue ngerasa
ya karena gue ngerasa kayaknya
gue rasa ya kayak
Santero Gope
yang paling tau Istio kayaknya Zufar deh
kayaknya, nggak tau
yang paling tau cuma yang
tau Istio tuh Zufar
kalau Zufar bilang harus nambah label
menurut semua udah menambah label
itu juga salah satu mantra yang
gue suka share ke anak-anak
bootcamp tuh, lo kalau mau
apa namanya, lo kalau mau
nemuin drive kan ada
tiga ya, ada apa namanya
mastery, autonomy
sama, anjir lupa gue lagi
anyway, poinnya adalah
propose, yang ketiga itu propose
gue selalu bilang kayak
kalau lo mau cari drive dalam bekerja
drive itu kayak
motivasi internal dalam bekerja, oke
motivasi eksternal perlu, maksudnya
duit, salary itu motivasi eksternal
tapi kalau motivasi internal itu
secara teori itu datangnya dari tiga tempat
yang pertama itu
autonomy, autonomy itu artinya
lo dibebasin mau ngerjain apa aja
yang kedua itu mastery
lo jago dalam sesuatu
karena lo jago dalam suatu hal
lo cenderung seneng, misalnya kayak
didit nih dia jago main street fighter
jadi jadi tambah seneng main itu
karena dia jago
yang terakhir itu propose, propose itu yang paling sulit
dan kadang-kadang gue ngeliat orang-orang
yang muda itu
terlalu idealis mencari propose, propose itu kayak
kayaknya gue emang diturunkan
sama Tuhan ke bumi, kalau percaya Tuhan ya
diturunkan sama Tuhan ke bumi untuk
mengerjakan ini, itu susah banget
mencari itu, dan gue khawatir
masyarakat itu
kesitu, padahal itu
susah banget, paling susah dicari gitu, maksudnya
gimana caranya lo anak baru
18 tahun, 19 tahun baru lulus kuliah
berharap lo menemukan apa
tujuan lo dikirim sama Tuhan ke bumi
itu sangat-sangat sulit, tapi
gue argue, kalau lo kejar ke mastery dulu
lo kejar, lo jadi jago
pada satu field yang
yang technical, yang
high demand, besar kemungkinan
lo kemudian akan dikasih
otonomi lebih, ini seperti yang
kata Didi tadi, kalau kata Zuffar
harus tambah label ini, orang-orang pada nurut
kenapa, karena dia yang paling tau Istiho ya
bahkan kalau Ibrahim klaim kan cuma dia
yang tau Istiho, itu di satu organisasi kita
anyway, orang kenapa
nurut Zuffar, karena ya tadi
dia punya masteringnya disitu gitu
dan bukan gak mungkin, suatu hari Zuffar
kayaknya emang Tuhan mengirim gue ke muka bumi
buat jadi master Istiho kali ya, Pak
jadi itu
kalau arsitek ya, arsitek menurut gue
berat di mastery gitu, karena
ambil contoh, ya tadi
Zuffar dengan Istiho-nya gitu, semakin dia dalam
ngerti Istiho, semakin
ngeri orang mau ngedebat Zuffar soal Istiho
karena dia paling ngerti Istiho
dan itu lo akan lebih mudah nge-influence
sampai kalau lo bilang
kenapa kok berdimanekin
itu, kayaknya sering kan
kalau lo lihat orang berdebat di internet
yang legend-legend
di bidang kita, itu
kenapa gini, lah orang itu MR-nya gue yang bikin
di open source project yang itu
itu tuh kayak, lo mau mendebat apa lagi
maksudnya itu ketika
lo harus nge-influence technical decision
agak beda kalau Zuffar
kalau Zuffar mungkin lo
lo gak perlu dalam
di satu yang spesifik
lo mungkin
ngejar lebar, maksudnya lo ngejar
lo punya beberapa hal yang lo
kuasain
cukup aja, gak terlalu dalam
tapi lo ngosen-nya banyak
nah kalau yang keempat itu yang
agak ribet, karena
sebenarnya yang keempat ini
lo akan beresiko menempatkan
diri lo sebagai sasaran tembak
karena orang ngelihat, si X
ini bisanya apa sih?
ketika lo jadi
yang right hand
yang right hand tadi, lo banyak berurusan
dengan hal-hal yang
not necessary technical
lo akan mempelajari
hal-hal yang buat orang-orang, lo ngapain
sih belajar kayak gitu? karena ini yang
sebenarnya gue alami
karena
kalau lo tahu bacaan gue
sebulan, dua bulan belakang
bacaan gue satu, building better teachers
terus
yang kedua gue baca soal
ini, how to design
IDP, karena
anyway, menurut gue itu
problem yang dikasih
ke gue, for whatever reason
dan
di posisi ini
lo harus berani untuk mempelajari
hal-hal yang not necessarily
itu contribute ke portfolio
technical lo, mungkin itu kali
dari gue
gue kayaknya keracunan di kebal
hahaha
gimana maksudnya?
dan mungkin
maksud gue
semakin lo senior, peran lo
juga jadi bakal beda
soal engineering juga gitu kali
itu bener
iya itu
setuju gue, itu
gue juga mau ngasih tau ke temen-temen bahwa
ada
ada career ladder
dimana kalau lo bener-bener mau
mastery lo bener-bener cuma pengen
enggak gue mau technical doang, ada
career laddernya juga, cuman
yang perlu temen-temen ingat bahwa
ada perbedaan yang mendasar
antara apa yang lo pengen kerjakan
dengan apa yang perusahaan butuhkan
kalau lo cuman pengen mengerjakan
apa yang lo pengen kerjakan, ada kemungkinan
pada satu titik, organisasi lo
bekerja itu, tidak membutuhkan
apa yang sedang lo pengen kerjakan
itu aja sih
makanya zufar betah ya
sebentar ya
gak apa-apa Far
abis istio eBPF
zufar cabut itu
kapalnya tenggelam
ketahuan ya, abis ini ada yang gak hire
zufar
karena kita udah mau jam 8
mungkin kita buka beberapa juga kali ya
buat temen-temen yang mungkin
ada ingin menjawab apa-apa atau bertanya
silahkan
ya, terima kasih mas
mau sholat dulu jam 15 menit lagi
juga live juga, space tentang kreativitas soalnya
makasih banyak ya Mre, Adit sama Iqbal
sama Afiq ya, sehat terus semuanya ya
ada mungkin dari temen-temen yang punya pertanyaan
sebelum kita akhiri
kalau gak ada pertanyaan, gue mau nambahin dikit kali ya
kan tadi topiknya soal belajar
sebagai senior engineer
gue ngeliat apapun jalur yang dipilih
tadi Iqbal udah pilih
ada berapa jalur
sebenarnya satu hal yang gue liat
para senior itu belajar
dan senior-senior yang keren itu belajar
itu adalah mereka mindset-nya itu jadi
istilahnya student of the game
jadi mereka bener-bener mendalami
oh ini tuh permainan yang gue mainin
itu ini ya, oke gue mau dalemin
apapun yang dipilih
ini gue tadi baru nonton
ini contohnya di luar engineer
tapi mulai dulu sama-sama berlaku
gue nonton wawancara sama si Steffi Item
gitarisnya Andranda Bekun
dia punya band metal juga yang namanya Death Squad
dan dia kan super duper jago
sangat-sangat jago
tapi di wawancara
yang gue nonton itu, dia emang menunjukkan bahwa
ya gue tuh emang suka musik, gue emang
mau hidup dari musik, jadi gue mesti
belajar berbagai aliran musik
supaya gue bisa hidup disini
disitu keliatan banget humble-nya dia
bahwa ya gue gak boleh berhenti belajar
masih banyak banget
jalan yang perlu gue lalui
dan opininya juga level
opini jadi beda banget sama yang misalnya cuma tau
kasarnya ya, cuma tau metal
gak tau yang lain
mindset-nya beda banget
menurut gue sih mindset sebagai
student of the game itu mesti dimiliki
kalau bener-bener mau berkembang
sebagai senior pertama ya
oke
mantap, terima kasih mas Dedit
ini ada
Randy
silakan, mungkin ingin
bertanya atau menyampaikan pendapat
kayaknya gak ada, gak ngeluarin suara
yaudah kita lanjut
ke, nanti ada nih
satu lagi yang request
Afan
halo
halo mas Afan
halo mas, mungkin izin
perkenalkan diri mas
semuanya, saya Andavan
Patah Hilab, bisa dipanggil Afan
masih mahasiswa, semester 6
di Telkom Universitas Bandung
mungkin mau nanya sih mas
kayak mas Imre, mas
Dedit, mas Iqbal, mas Hafif kan udah
kayak banyak banget lah pasti
trial and error-nya sebelum
menjadi seorang senior gitu
misalkan mas
ini sebenernya gak ada di dunia sih
jika bisa memutar waktu gitu
saat masih menjadi junior itu
apa sih yang bakal dipelajari
dari segi tech, komunikasi
terus yang mungkin beberapa
hal lainnya seperti kayak
gimana sih cara mempertahankan tim, supaya gak buber
dan kawan-kawannya itu, gimana sih mas pas junior itu
apa yang bakal dilakuin gitu
mungkin itu sih mas pertanyaannya
oke oke
gue mau jawab dulu deh, mumpung gue inget
jadi salah satu
kesalahan gue ketika junior itu adalah
dulu gue
terlalu kaku
untuk gue pengen melakukan apa
jadi misalkan dulu gue pengen
gue dulu pecinta java banget
pokoknya gue cuma pengen
kerja di proyek java
beneran-beneran
kalau gak java gue males-malesan
terus habis itu
karena gue baru kali ini nih dapet orang yang bilang
suka java
sampe akhirnya
gue ketemu tech lead gue di kantor
ketika gue udah kerja, dia pake go
disitu gue belajar go
tapi disana pun gue juga masih
kayak gue kayaknya cuma pengen
backend doang deh, gue gak pengen frontend
dan padahal sebenernya
kalau seandainya gue dulu bisa belajar frontend
mungkin gue gak tau ya, apa yang
kesempatan apa yang bisa terbuka, apakah gue
mau bikin produk sendiri dan segalanya
sayangnya gue
menyadari itu agak telat, jadi ya gue belajarnya pun
juga telat, kalau seandainya
ini terlalu mengandai-ngandai
tapi ya itu
kalau dari gue, mungkin
singkatnya
kalau seandainya punya kesempatan
untuk belajar apapun, pelajari dulu aja
nanti setelah sekian lama
lu baru bisa memilih, daripada lu langsung
deep duluan, tapi
yang lain-lainnya gak terlalu
punya cukup konteks, jadi sayang aja
kesempatannya untuk bisa melakukan
hal yang besar dulu, kalau gue
kayak gitu, mungkin yang lain mau menambahkan
kalau gue ini sih
gue ngerasa
waktu di masa muda
itu gue agak terlalu
cepat berpuas diri ya, maksudnya ini
sebenarnya terutama
jadi
kalau teman-teman tau
alma mater gue tuh terkenal
orang-orangnya tengil, songong
anyway
jadi gue ada
masa-masanya kayak gue
terlalu berpuas diri
kayaknya gue jago deh
terus
sampai gue gak terlalu
banyak mau belajar dari
orang lain, dan gue pas
kerasa beneran kebanting ya pas
masuk kantor yang sekarang
terus mau ketemu yang akhirnya
jadi mentor gue yang role model
gue banget, namanya si Idu Pona
pas ketemu dia, anjir selama ini
ternyata gue gak ngerti software engineering
anyway
iya, itu kali ya
kalau gue kayak ada dua kali ya
yang pertama, gue mungkin kebalikannya Imre
gue terlalu banyak hal yang gue pelajarin
dari mulai
security, game development
UX, segala macam habis gue pelajarin
mungkin karena gue seneng aja kali ya
tapi I wish daftar itu agak
didietin sedikit
dikurusin sedikit, mungkin
gue bisa lebih excel di satu bidang
meskipun ya jadi agak telat ya
karir gue ke atas sini sekarang
ya mungkin agak
telat dikit buat mendalaminya, tapi ya udahlah
anggaplah itu kemarin ongkos belajar
sama anak elektro ya
sama anak elektro
gue dikit aja sih, paling cuman
ini, kayak mungkin
lebih ke
agak mirip-mirip mungkin sama
Iqbal ya, kayak mungkin karena dari alma mater
yang kayak merasa mungkin
gue lumayan tau banyak gitu ya
jadi kadang-kadang tuh yang gue agak telat
telat keadaan adalah
lu tuh bisa belajar, jadi
setiap orang tuh punya sesuatu yang lu gak tau
gitu sebenernya, jadi tuh
walaupun mungkin lu tau lebih banyak hal di suatu tempat
tapi lu bisa belajar dari orang lain tuh di hal-hal yang
lu gak tau, gitu
makanya akhirnya itu satu hal
sama ya gue kayaknya baru
membiasakan akhirnya lebih banyak
baca buku
kayak akhirnya
baca-baca tech blog orang
atau apa segala macem itu baru mungkin di
berapa tahun terakhir karir gue
jadi di awal-awal kayak yaudah gitu
kerja sama kerja aja
kalau diulang itu yang mungkin gue akan lebih banyak
perserin di awal-awal
gue setuju banget itu yang
dibilangin Nafif, jadi
di discord gue ya, gue tuh
ngebuka kesempatan buat temen-temen di discord gue
untuk sharing apapun yang sedang mereka pelajari
dan kebanyakan tuh yang sharing tuh
mahasiswa, kemudian yang temen-temen yang baru
lulus mungkin pengalamannya 1-2 tahun
dan disana malahan gue dapet
lebih banyak hal baru, mungkin tadi Mas Boris sempat bilang
kita belajar kulit-kulitnya aja, nah gue tuh belajar
kulit-kulitnya tuh, nyuri ilmu mereka tuh
dari hal-hal kayak gitu, jadi
kalau gue ngeliatnya
kesempatan belajar itu walaupun se-senior apapun
lu, sebenarnya lu bisa belajar
perspektif yang lebih segar dari
temen-temen yang lebih jauh
lebih junior, kalau gue rasa
kayak gitu
sekarang kan kalau gue lagi
di kantor, di bootcamp
gue selalu bilang ke orang-orang
gue tuh
kalau gue ngomong gini, gue suka disanggah lagi
humble, gue bilang
gue cukup yakin, semua anak di kelas ini
lebih pintar dari gue, terus
pada ketawa, terus gue bilang, enggak ini serius
ini bukan, this does not come from the place of humility
gue bilang, percaya deh kalian
setahun lagi ketemu gue juga pasti ngerasa
iya emang pinteran gue dari discord
emang
terus
anyway
gue pengen jawab tapi enggak enak
terlalu banyak
terakhir deh nih ada
Mustafa Zaki
maskrom suhu atau
tipe lainnya, gue nanya deh
gue nanya bagian ini sih, menurut lo
pas junior sampai senior itu
cara belajar itu ada yang berubah nggak
atau mungkin cara belajarnya
itu bisa dibawa terus aja sampai
kapan aja
mungkin gue dua kali ya
jadi sebenarnya ini
secara umum bukan
junior senior tapi gue ngerasa
mindset sebagai
seorang adult learner kali ya
adult learner tuh orang yang
orang dewasa aja, metode pembelajaran
orang dewasa, ini ada teorinya soalnya
landasan teorinya sebenarnya
ketika
ini namanya
Malcolm Knowles
Malcolm K-N-O-W-L-E-S
Malcolm Knowles
landasan teorinya itu
dia bilang orang dewasa itu
berbedaannya dengan
yang belum dewasa, nomor satu
orang dewasa tuh udah punya self concept
self concept tuh maksudnya
dia mempelajari sesuatu
karena dia tahu
sesuatu yang mau dia pelajari itu
apa
melengkapi puzzle yang mana
dari self concept dia
misalnya
gue ngeliat diri gue sekarang
sebagai seorang right hand
kalau ke depan karir gue
maka mungkin kalau gue emang mau
drive disitu, misalnya ternyata gue harus
mempelajari soal psikologi
kalau orang yang gak punya self concept
mungkin akan ngerasa, si anjing ngapain
belajar psikologi
tapi kalau lo punya self concept
lo tahu betul bahwa
gue tuh pengen
jadi ahli
whatever you name it
lo pengen jadi
data scientist yang paling
jago di bidang sport science
lo mungkin
akan belajar soal bagian sport science
itu misalnya, lo akan mungkin
baca-baca buku kayak
piramidnya
Michael Cox
itu perbedaan utama
orang dewasa itu punya self concept
lo punya concept
lo mau ngapain, sehingga lo tahu
kayak Imre
gue kasih contoh, Imre tuh
dia sampai belajar marketing di kelasnya Faiz
gue tahu dia punya self concept
tentang dirinya sendiri, dia mau ngapain
makanya dia belajar marketing, padahal kalau lo pikir-pikir
ngapain sih sih Imre
orang engineer belajar marketing
tapi karena dia punya self concept
itu satu, yang kedua
ada banyak cuman gue ambil
dua dulu aja
yaitu
orang itu punya
pas experience
jadi
yang menarik dari ketika kita mempelajari
ilmu, kalau teman-teman
terutama karena
gue makin kesini, yang gue pelajari
makin beragam
lo akan makin ngerasa bahwa
meskipun ilmu-ilmu itu beragam, itu
saling bertaut sebenarnya
kalau teman-teman belajar soal
DevOps, itu akan tahu bahwa
banyak banget prinsip DevOps itu
kita ambil dari manufaktur, industri manufaktur
dari Toyota
terutama Toyota Way
atau dari
industri aviasi
RCA, RCA itu dari industri aviasi
jadi di industri aviasi
kalau ada kecelakaan pesawat
apapun itu, mereka bikin
gue lupa nama dokumennya, tapi
kayak RCA di kita
dan itu disebarin ke semua airlines
ke semua airlines, ke semua
manufakturer
pesawat, dan
point being
ketika kita menjadi orang dewasa
kita punya pas experience, itu
akan membantu
kita mempelajari hal baru
karena kita punya pas experience
dari hal yang sebelumnya sudah pernah
kita pelajari atau kita lakukan
mungkin itu kali ya, sebenarnya ada lima, cuman yaudahlah
nggak usah terlalu panjang-panjang
kalau gue mungkin bedanya
belajar, makin lama
lo belajar, itu sebenarnya yang sama adalah
ini, yang sama adalah
keinginan lo buat belajar
tetap sama, gue pengen
belajar, gue pengen bisa, gue mesti belajar
gue pengen bisa, tapi yang beda adalah
makin kesini lo makin ketemu cara belajar paling efisien itu
apa sih, mungkin dulu-dulunya
misalnya ya, awal-awal mungkin lo
konsumsi semuanya, konsumsi PDF
kurs, ikutan
kurs online, ikutan workshop
segala macem, mungkin makin kesini
lo makin ketemu cara belajar gue yang paling efisien adalah
seperti ini, dan
ini lanjutin dari yang tadi Mas Boris sempat ngomong
belajar kulit-kulitnya
makin lo
ngerti ilmunya, makin ngerti benang merah
ilmunya, biasanya
lo gak butuh waktu lama buat
memahami
dasar teorinya, lo udah tau
dasar teorinya, udah tau cara kerjanya
kan cuma tinggal masalah beda-bedanya, kan beda-beda
implementasi misalnya, jadi
misalnya pas lo ketemu framework baru
lo bisa langsung tuh
baca dokumentasinya bentar, liat overviewnya
oh cara kerjanya begini, gue ngerti-ngerti
langsung cobain, langsung bisa, atau bahkan
mungkin gak langsung bisa, tapi paling gak
minim friksi lah buat bisa
jadi itu tadi, yang Iqbal tadi
yang Iqbal tadi bilang
lo udah tau cara kerja dunia tuh kayak begini
paling gak di kepala lo udah punya bayangan cara kerja
dunia kayak begini, jadi cuma
perlu dikulit-kulit dikit, langsung bisa
ngerti, jadi bedanya mungkin
di situ ya, beda cara belajarnya ya, lo udah
ketemu cara paling enak buat
lo belajar
gue pengen nambahin, kalau menurut gue
semakin ke sini
yang berubah itu adalah perspektif
jadi ketika
misalkan tadi Iqbal ngebahas gue ikutan
digital marketing bootcamp ya, sebenarnya
kenapa gue pengen dapet digital marketing
bootcamp itu, ilmunya apa, karena sebenarnya
gue tau nih, kalau seandainya
caranya kita
let's say, ngeding kayak gini, tapi
kalau seandainya gue pengen ngeding
untuk digital, istilahnya
martek lah, marketing technology, itu kayak
gimana sih, programmer itu bisa
memahami konsep-konsep marketing dan segala macam
jadi
kalau gue sih ngeliatnya lebih kayak gitu
mungkin kalau seandainya sekarang gue lagi belajar
observability, apa
sih yang ilmu yang dari
observability itu bisa gue
gabungkan atau kombinasikan
dengan ilmu yang gue udah punya sebelumnya
jadi gue pernah ingat ada yang bilang
learning itu, learning is compounding
kalau gak salah, jadi ya lo belajar
kemudian apa yang lo pelajari itu
akan membantu lo ke depannya untuk belajar hal-hal lain
jadi menurut gue kayak gitu
satu lagi, terakhir, ini ada namanya
Muhammad Iqbal juga
silahkan, terakhir ya
thank you, kebetulan namanya
sama nih, sama Mas Iqbal
halo
saya mau nanya nih
sebenernya kayak untuk
mengimbangkan
mungkin sedikit konteks ya, gue baru
di-appoint
untuk jadi lead itu
sekitar 2 tahun
tapi selama 2 tahun ini
gue jadi kayak bingung gitu
menyeimbangkan
gimana sih menyeimbangkan antara
belajar technical dengan belajar
managerial gitu, karena
makin kesini gue kayak disubukin
sama helikopter view
dari anak-anak gue, gue harus
apa namanya, banyak
monitoring, terus
banyak concepting juga
sehingga technical gue tuh jadi
dull, dan kayak
gue takut otak gue tuh jadi
atrophy di sisi technicalnya gitu
gitu sih, kira-kira
ada saran apa dari
senior yang ada disini
thank you
oke
mungkin kalau dari gue, ini kali ya
buat Iqbal, nomor
satu sebenernya, mungkin lo harus perlu
cari feedback dulu kali, maksudnya cari feedback
adalah
gini, kan lo punya gambaran kan tentang
misalnya, say
untuk jadi tech lead yang baik, lo perlu
untuk jadi tech lead yang baik, lo perlu skill A
B, C, dan D, katakan ada 4
tuh ya, mungkin lo punya
self image bahwa oh kayaknya A sama B
gue udah bagus, C sama D gue kurang bagus
gitu, itu kan tapi
itu kan self image lo ya, maksudnya
itu gambaran lo tentang diri lo sendiri
belum tentu self image
semoga self image itu benar, tapi
belum tentu begitu juga orang
mandang lo, maka sebenarnya
kalau itu di organisasi
lo belum terfasilitasi
model
apa namanya, 360
itu model dimana ketika evaluasi
kayak gue
di evaluasi sama
gue sebagai seorang manager
gue di evaluasi sama orang-orang
yang nge-report ke gue, itu 360
poinnya adalah
gue dapat feedback
jadi gue sebenarnya
gue tau dari sekian kali feedback
gue tau apa yang paling sering dikeluhin
sama tim gue dari gue
mungkin lo berangkat dari situ kali ya
ketimbang lo menebak-nebak
istilah gue menembak
dalam gelap, lo kayak
skill mana dulu ya yang gue asah
mendingan lo cek dulu
dari skill yang paling lo perluin
katakan lo udah punya A, B, C, D tadi ya
lo minta feedback
aja sama temen-temen
dari tim lo
kalau tidak difasilitasi oleh
organisasi dengan model
evaluasi 360, lo bikin sendiri
lo bikin aja one-on-one
sama mereka satu-satu
masing-masing gitu, lo tanya
eh menurut lo apa yang gue perlu perbaiki nih
ada A, B, C, D
menurut lo gue paling lemah dimana
dan lo dengerin gitu
dari situ lo dapet rangkuman
semua, mungkin lo bisa dapet gambaran
yang lebih komplit, lebih komprehensif
tentang
image orang tentang lo, dan mungkin lo bisa
mulai dari situ kali ya, mungkin itu kali ya
saran dari gue
itu gue setuju
sama opini Iqbal sih, soalnya
kalau ngomongin managerial itu
udah menyangkut
interaksi sama manusia juga sebenarnya
gimana lo mau manage
gimana lo mengatur orang
dalam sebuah komunikasi, itu kan udah
dua hal yang beda, sangat tidak technical
sekali gitu, jadi mungkin
tapi mungkin juga hal yang mesti diambil ini adalah
kadang-kadang buat jadi tech lead
dan buat jadi manager itu dua hal yang berbeda nih
oh iya, true true true
jadi
menurut gue sih susah buat lo bisa
ahli dalam keduanya
jadi kadang-kadang mungkin juga mesti milih
dan data buat milihnya
insight buat milihnya ya datang mungkin saatnya
dari tadi evaluasinya ya
Pak Imre mungkin mau nambahin
gue dikit aja boleh ya
nah gini aja, paling sih mungkin
untuk Iqbal juga
mungkin tanya juga dulu ke lo juga
lo pinginnya yang jadi kayak gimana
apakah mau lebih ke arah tech lead
nantinya, atau ke arah
managerial, karena
ya tadi kan mungkin skill-skill
yang diperlukan beda, dan in case misalnya
lo akhirnya ntar kedepannya tuh lebih
asah di bagian managerial, dan akhirnya
mungkin di
di bagian technicalnya lo merasa agak
tumpul gitu ya, mungkin it's okay gitu lah
mungkin ketika misalnya di organisasi lo sekarang
itu sesuatu yang justru dibutuhkan, yang kayak gitu
mungkin karir lo bisa lebih
bagus dan kayak gitu, cuma itu balik lagi
ke lo, apakah itu yang lo pingin atau enggak
kalau misalnya karir itu gak cocok
buat lo pingin, ya mungkin lo bisa
cari yang lain, atau lo bisa ngomong ke manager lo
mungkin ini gak pas buat gue, atau apa
tapi itu balik lagi ke lo nya juga
oke mantap, eh ini ada satu lagi nih
dari tadi request
akhir ya, boleh gak? masih ada waktu kan?
boleh boleh boleh
akhir ya?
gue masukin
oke
gue tau, Hatta
bisa ngomong gak? eh bisa lah, maksudnya udah
bisa loh, nah udah udah
oke, so close
jadi mau nanya nih mas, tentang
gue kan udah 2 tahun
jadi
mix tuh antara
data science sama
backend software engineer gitu, jadi kadang
kalau dalam
setiap eksperimen itu kan kita mesti tau ya
kapan taunya, oh ini punya
gue salah nih, kayak fail
fast ya, kayak kata orang kan
kalau lo tau gagal, lo mesti cepat ya kan
jadi gimana sih, kira-kira
dari pengalaman mas-mas
semua, taunya yang
gue kerjaan ini salah, itu
gimana sih titiknya gitu
hmm
mungkin balik dari
definisi awal kali ya
gimana
waktu awal mau menjalankan sesuatu
ada gak sih parameter yang disepakatin buat bilang bahwa
ini yang bakal
kita buktikan lewat kegiatan ini
jadi mesti jelas dulu nih awalnya
titik ukurnya
seperti apa
definition of success
definition of successnya seperti apa juga
baru itu yang kemudian dijadiin bahan
buat bilang bahwa iya nih kita salah
gue mau nambahin dikit
setelah tadi nentuin
definition of successnya apa yang gak kalah penting
itu adalah ukur
atau melakukan measurement
jadi kalau seandainya
kita tau nih definition of done nya kayak gini
misalkan kayak contohnya training
ini lah, training, gue gak mau ngomongin
training, machine learning ya
tapi let's say kita ngomongin kita pengen improve performance
by
20% misalkan kayak gitu, gimana caranya
kita bisa tau kalau ternyata
performance dari API kita improve
20% ya otomatis kita harus punya
matrix yang terukur
gimana ngukurnya kita ngelakuin monitoring
jadi gue rasa
masih berkaitan dengan
yang dibilang Iqbal tadi tentang feedback
kalau seandainya kita ingin melakukan
sesuatu ya kita bisa belajar dari feedback
feedback ini kan bisa macam-macam ya
bisa kuantitatif
bisa kualitatif dan menurut gue itu sih
yang perlu lu lakukan juga
dapetin data
itu tentang itu
ada yang mau nambahin?
kalau gue nambahin terakhir
sebenarnya melengkapi poin
yang didate sama yang udah gue bilang
itu tadi
definition of success nya, terus kedua
measure nya, paling yang ketiga dari gue
be hyperrealist
maksudnya hyperrealist adalah
sebisa mungkin
lo jujur dalam
menerima outcome
dari apa yang lo pengen capai itu
jadi ambil contoh
misalnya lo bilang
kita punya feature
tujuan dari feature kita adalah
gimana caranya ningkatin
conversion rate user
yang buka halaman kita
dari 10% jadi 15%
maka
lo bener-bener coba serealis mungkin
bahwa yaudah kalau emang
ternyata kodenya udah kita deploy
we have done everything
tapi angkanya gak gerak
dari 10% ke 15%
kita harus secara jujur
mengakui something wrong
dan mungkin kita harus cari approach lain
ini yang kadang-kadang
gue suka ketawa dengan
ya tau kan
yang kemarin ada gonjang-ganjing
sesuatu app
yang gue tidak perlu sebut namanya
yang dipompom sama buzzer
padahal sebenarnya kan
padahal sebenarnya kan
itu momen lo nyari feedback kan
karena app itu
lucunya adalah
satu app itu mandat kan
orang tuh gak bisa pilih lo
kalau mau pake hal itu
ya lo harus pake app itu
lo tidak compete dengan apapun disitu
kenapa lo harus menipu diri sendiri
dengan begitu
padahal itu feedback yang
ya tidak perlu gue sebutkan
lah ininya
itu juga kan yang gue tweet
sebelumnya
aduh nanti ketahuan lagi
bahaya nih
tapi poin gue adalah itu
karena maksud gue
gue juga suka bilang ke kelas-kelas gue
yang
karena bohong paling jelek itu bohong sama diri sendiri
sebenarnya
putih sekali
tapi poinnya adalah
dan lo jujur aja dengan pengukuran itu
dan Bibi Hyperrealis
itu kali ya, semoga make sense ya
maksudnya, ini nanyanya
ini kan generik kan bukan soal data science
mantap, baiklah
sudah hampir setengah sembilan
waktu Indonesia
bagian barat
terima kasih
Mustafa, Muhammad Iqbal
Hatta, Afan dan teman-teman yang lain
yang sudah hadir malam ini
dan mudah-mudahan nanti kita punya
kesempatan lain lagi buat ngobrol-ngobrol
jangan lupa follow-follow juga
akun twitter kita, asik
mau menambah follower?
oke terima kasih semuanya
yang sudah join, sampai ketemu lagi
di twitter space berikutnya
terima kasih
thank you
sub indo by broth3rmax