๐ Dapatkan Transkrip Cepat dan Murah Hanya Rp10rb/rekaman ๐
Transkrip berikut dihasilkan secara otomatis dari aplikasi Transkrip.id. Ubah audio/video menjadi teks secara otomatis hanya Rp10rb dengan durasi tak terbatas. Coba Sekarang!
Soal ketertipan, rasanya tidak perlu saya tekankan lebih jauh, bagaimana pentingnya kita menjaga supaya tidak terlalu riuh teman-teman.
Tepuk tangan tentu diperbolehkan, bahkan diharapkan, bukan hanya untuk baca press yang sudah meluangkan waktu,
tapi sekali lagi untuk kita semua, pemilih yang sadar, pentingnya tahu apa yang ditawarkan para calon pemimpin
yang akan mengatur netizen plus 62 ini, negeri plus 62.
Bismillah kita mulai, dan kita akan mulai dengan bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Untuk Persatuan,
kita beri sambutan untuk Anies Baswedan.
Bakal calon presiden muncul dari belakang, seperti layaknya pemimpin memang harus muncul dari belakang.
Boleh kita persilahkan untuk mas Anies untuk naik ke panggung.
Baik, kita kasih tepuk tangan sekali lagi, bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Mas Anies, apa kabar mas Anies?
Alhamdulillah baik, sehat terima kasih.
Sehat-sehat mas?
Sehat, baik, senang sekali bisa kembali ke UGM, Alhamdulillah.
Pulang kampus mas Anies?
Pulang kampus, dan saya senang sekali tadi baca tulisannya, Najwa Sihab UGM.
Sudah diklaim ya, aku udah pake baju ala-ala jaket alma mater nih.
Mohon maaf anak-anak UI, tapi aku nomer satu UI, nomer dua UGM kok di hatiku.
Mohon maaf orang kuliahnya di UI, kecuali kalau nanti dikasih honoris causa.
Enggak, enggak mau, enggak terima honoris causa, biar penjabat aja yang enggak pernah.
Kalau UGM enggak pernah ngobrol honoris causa.
Mas Anies, jadi terakhir kali ke kampus sering banget dong pastinya?
Sering ke kampus, tapi acara besar di Gerah Sabah, kalau tidak salah terakhir adalah Mata Najwa di sini.
Tahun 2014, Mata Najwa dari Jogja Untuk Bangsa, waktu itu ada Mas Anies, ada Sri Sultan, ada Herul Tanjung, ada Ridwan Kamil, Pak Mahfud MD.
Oh itu terakhir ya, jadi udah enggak deg-degan.
Pernah ngebayang enggak akan kembali ke sini, 148 hari sebelum pemilihan, berdiri dan akan bicara soal gagasan sebagai bakal salon presiden, pernah terbayang?
Kebayang sih akan kembali ke UGM, tapi enggak membayangkan suasananya semeryah ini.
Ya, membayangkan kembali ke sini dan saya membayangkan pasti Gajah Mada termasuk yang terdepan, terawal untuk fasilitasi tukar gagasan, pasti.
Oke, Mas Anies saya akan persilahkan Anda untuk spil gagasan Mas istilahnya.
Namun sebelumnya saya ingatkan lagi teman-teman, untuk mengisi slidonya yang tadi, untuk membantu menentukan prioritas topik yang akan kita bahas bersama Mas Anies Baswedan.
Polling, tadi ada barcodenya, teman-teman bisa kemudian scan barcodenya untuk mengisi urutan topik prioritas yang akan kita bahas.
Oke Mas Anies, waktunya 10 menit, saya persilahkan untuk menyampaikan apa gagasan yang Anda tawarkan untuk para calon pemilih di 2024.
Kita kasih tepuk tangan untuk Anies Baswedan.
Terima kasih, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat sore, salam sejahtera buat semuanya.
Bu Rektor dan seluruh jajaran pimpinan UGSG Gajah Mada yang saya hormati, teman-teman mahasiswa dan seluruh hadirin.
Saya merasa mendapat kehormatan untuk berada di sini menyampaikan gagasan terkait dengan amanah yang sedang diembankan kepada kami.
Indonesia adalah sebuah negara dengan penuh potensi dan ketika kita memilih untuk merdeka dan mandiri, kita memiliki cita-cita, kita memiliki janji dan tujuan.
Apa itu? Menghadirkan sebuah keadilan bagi surayat Indonesia.
Itu janji yang kita sepakati ketika republik ini berdiri.
Pra kemerdekaan, kita hidup dalam kolonialisme dan itu artinya negeri Belanda kaya, negeri Nusantara miskin.
Dan kita sekarang bertanggung jawab untuk bisa menghadirkan keadilan kesetaraan.
Itulah misi utama dari perubahan.
Apa terjemahannya?
Kami menginginkan dan kami merencanakan agar akses pada fasilitas dasar setara.
Pertama, kesehatan.
Kita menginginkan agar akses kepada kesehatan dari mulai ibu mengandung, bayi dalam kandungan sampai dengan ketika mereka aktif termasuk perlindungan coverage atau jaminan kesehatannya.
Yang kedua, pendidikan.
Pendidikan adalah bekal utama untuk mengembangkan potensi setiap manusia Indonesia.
Dan kami tidak ingin menyebut dengan istilah sumber daya manusia.
Kami ingin mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Karena manusia tidak perlu dipandang sebagai sumber daya untuk kegiatan perekonomian.
Ini kemudian wujudnya apa?
Kesetaraan kesempatan.
Jumlah bangku SD, SMP, SMA yang sekarang bentuknya seperti piramida, makin tinggi jenjang pendidikannya makin sedikit jumlah bangkunya.
Dan itu artinya apa?
Banyak anak-anak kita yang tersingkir, tidak bisa mendapatkan pendidikan minimal hingga pendidikan menengah.
Lalu pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi harus menjadi institusi yang bisa diakses oleh anak siapa saja.
Bukan hanya anak kelas menengah Indonesia.
Pendidikan yang harganya terjangkau, biayanya terjangkau, dan pemerintah memiliki tanggung jawab mengurangi beban pengelola kampus.
Pengelola kampus tidak dibebani dengan tanggung jawab begitu besar terkait mencari pembiayaan untuk kegiatan kampus.
Tapi biar pengelola kampus fokus pada penelitian, pada pengembangan pembelajaran, pendidikan.
Supaya kampus betul-betul menjadi institusi yang memungkinkan siapa saja berpartisipasi.
Sudah cukup biaya pendidikan yang terlalu tinggi di kampus-kampus kita.
Yang ketiga, kita menginginkan lapangan pekerjaan.
Lapangan pekerjaan yang setara bagi semuanya.
Baik sekalian teman-teman yang ada di Jogja, tahu persis ketika saya tumbuh besar di sini,
sejak saya SMP, SMA, banyak sekali teman sekelas bukan berasal dari Jogja.
Kenapa?
Karena sejak SMP dan SMA mereka dikirim oleh orang tuanya untuk belajar ke kota ini agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang baik.
Supaya apa?
Nantinya mereka mendapatkan pekerjaan yang baik.
Akhirnya ketika mereka dikirim ke kota-kota utama di Indonesia, mereka gak pernah kembali lagi.
Mereka tidak kembali kampung halamannya.
Hijrah ke Jogja, hijrah ke Jakarta, hijrah ke Bandung, ke Malang, Surabaya, tidak kembali.
Kita menginginkan agar kesempatan pendidikan ada dimana saja lalu kesempatan kerja setara.
Dan itu artinya menambah kota-kota di seluruh Indonesia sebagai pusat pengembangan perekonomian.
Perekonomian kita hari ini tersentralkan di kawasan Jawa bagian Barat, khususnya Jakarta.
Dan kawasan Jawa kita menginginkan dan merencanakan kota-kota di seluruh Indonesia minimal 14 kota
menjadi mesin penggerak perekonomian yang memungkinkan bagi semua untuk bisa mendapatkan lapangan pekerjaan yang setara.
Lalu yang tidak kalah penting, ini adalah terkait dengan kebutuhan pokok.
Dasar kita, bahwa kita membutuhkan tata kelola kebutuhan dasar yang lebih baik.
Contohnya beras, biaya hidup yang tinggi apalagi bagi mereka yang statusnya prasejahtera menjadi makin berat
ketika harga kebutuhan pokok itu mahal.
Kalau harga beras mahal dan petaninya makmur artinya uangnya berujung di petani.
Tapi situasi yang kita hadapi adalah berasnya harganya mahal, petaninya tidak sejahtera, uangnya hilang di jalan.
Tata niaga ini dikoreksi dan mafia-mafia terkait produk pertanian ini harus diperangi secara tuntas.
Karena merekalah sumber masalah yang ada di tempat ini.
Apa yang terjadi? Di ujung kita menginginkan agar biaya kebutuhan pokok lebih menurun, lebih murah.
Di sisi lain, kesejahteraan dari para petani lebih tinggi.
Pakai indikator serhana, petani bisa menabung.
Selama petani tidak bisa menabung, maka biaya operasinya, biaya produksinya tidak sebanding dengan pendapatannya.
Yang kelima, penegakan hukum.
Negeri ini punya kesempatan untuk maju, tetapi selama rule of law, kepastian hukum, penegakan hukum tidak menjadi prioritas,
maka yang terjadi adalah tata kelola pemerintahan tidak berjalan dengan baik.
Praktek korupsi masif di mana-mana.
Dan yang kita saksikan adalah aparat yang seharusnya menegakkan hukum melakukan tindakan-tindakan yang tidak setara.
Mereka yang kuat, tak tersentuh. Mereka yang lemah, tersentuh.
Mereka yang kawan, tak tersentuh. Mereka yang lawan, disentuh terus.
Dan ini harus diubah pemberantasan korupsi menjadi prioritas penting,
penegakan hukum yang adil menjadi prioritas, dan membuat pengadilan kita menjadi pengadilan yang kredibel, itu prioritas kita.
Ini adalah aspek yang membuat Indonesia kita bisa take off.
Bila kita perhatikan ini, kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kepastian hukum ini kita tata dengan baik,
insyaallah Indonesia akan menjadi negeri yang lebih baik.
Kita akan maju dalam keadilan.
Kenapa kata keadilan itu penting?
Karena kita selama ini sudah melakukan pembangunan, bukan setahun dua tahun, lebih dari tujuh dekade.
Tetapi yang menerima manfaat masih sebagian.
Tanggung jawab kita adalah memasukkan unsur keadilan di dalam seluruh pengambilan kebijakan.
Kami pernah lakukan di Jakarta, termasuk pengambilan kebijakan soal pertamanan,
kebijakan terkait jalan raya, kebijakan terkait sekolah, terkait kesehatan, faktor keadilan dimasukkan.
Dan ketika faktor keadilan dimasukkan, apa yang terjadi?
Yang merasakan manfaatnya menjadi jauh lebih luas.
Mereka yang selama ini tidak dapat manfaat, kemudian mendapatkan manfaat.
Republik ini didirikan bukan sekedar untuk meningkatkan kesejahteraan.
Republik ini didirikan untuk menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Itu kalimat terpenting.
Dari situ kita berharap nanti ada persatuan, ada kebersamaan.
Karena Pak Bapak-Ibu sekalian, teman-teman, adik-adik semua, tidak ada persatuan dalam ketimpangan.
Kalau Anda bisa menunjukkan contoh kasus ketimpangan yang menghadirkan persatuan, kita ingin lihat.
Tidak ada.
Yang namanya Indonesia bersatu, bineka yang ika, yang guyup, mensaratkan keadilan.
Tanpa keadilan tidak ada persatuan, tanpa keadilan tidak ada kebersamaan, tanpa keadilan tidak ada ketenangan.
Hadirkan keadilan, maka Indonesia akan tenang, makmur, bahagia.
Itu kira-kira teman-teman.
Saya rasa saya cukup sampai di sini.
Sebagai gagasan awal, kata kuncinya adalah keadilan dilaksanakan di semua sektor.
Dan bila itu dihadirkan, maka kalimat bineka tunggal ika, bukan hanya kalimat yang ada di dalam sebuah logo Pancasila,
tapi dia akan menjadi kebahas keseharian kita semua.
Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Mas Anies, boleh saya persilakan untuk duduk.
Terima kasih atas tadi spil gagasannya.
Mas Anies, sambil saya menunggu hasil topik yang sudah dipilih oleh teman-teman audiens,
ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan dulu ke Anda, Mas.
Pertanyaan yang sama juga akan saya ajukan ke bakal Salun Presiden yang lain.
Mas Anies, Anda baca pres yang dideklarasikan paling awal.
Oktober 2022 sudah dideklarasikan.
Dan sejak itu, kegiatan politik sudah beragam, termasuk sosialisasi, kampanye ke berbagai daerah.
Pertanyaan saya, sudah habis uang berapa, Mas?
Mudah-mudahan disini ada yang mau nyumbang nanti.
Dari semua barangkali, saya yang asetnya paling kecil.
Saya menjadi Salun Presiden tidak pernah mendaftar.
Tidak pernah mengajukan diri.
Saya diajukan oleh partai Nasdem pertama kali, partai yang dulu beroposisi ketika di Jakarta.
Mereka melakukan proses dan mereka mencalonkan.
Habis itu kemudian PKS, Demokrat, walaupun sekarang di tempat lain, kemudian PKB.
Oh iya dong, saya sebut dong. Kenapa enggak di sebut?
Terusin dulu ya.
Itu kan modal suara politik.
Saya terusin dulu sebentar.
Silakan, Mas.
Jadi, gerakan yang kami dorong, gerakan perubahan, dilakukan rame-rame.
Nah, begitu banyak yang membantu.
Mayoritas bantuannya tidak dalam bentuk rupiah.
Kami dipinjamin rumah, dipinjamin kendaraan, staff-staff yang kita bekerja bersama,
sebagian adalah mereka dibayar oleh perusahaan-perusahaan yang mau membantu kita.
Jadi, secara pembiayaan, itu bukan pembiayaan seperti diberikan rupiah.
Bentuknya adalah kalau itu in-kind, atau natura.
Tapi Mas, dalam kenyataannya, uang cash itu diperlukan, Mas.
Biaya politik itu sangat mahal di sini.
Saya mau kasih ilustrasi, calon wakil presiden Anda, Cha Imin, sempat bilang,
untuk bisa jadi caleg di DKI, itu minimal 40 miliar.
Di Jakarta dan kota-kota besar, itu enggak terima kerudung atau kaos, Mas.
Terimanya kulkas.
Ini saya mengutip Cha Imin, jadi apa rencana Anda untuk mengumpulkan uang sebanyak itu?
Tidak, kita tidak berencana mengumpulkan uang kepada kami.
Apa yang kami kerjakan selama ini? Ada lebih dari 600 relawan.
Semua melakukan fundraising di tempatnya masing-masing.
Bukan kami mengumpulkan dana, mereka mengumpulkan, mereka bekerja.
Kalau saya datang ke sebuah tempat, maka tuan rumah di sana yang akan mengendal seluruh biayanya.
Ini menjadi sebuah iuran.
Ada satu fakta yang kita semua tutup mata, kita tahu ada biaya tapi kita tidak mau membiayainya.
Kita tahu bahwa proses politik itu, partai politik itu seperti juga kantor.
Ada biayanya, tapi negara dan publik tidak mau membiayai.
Kenapa? Ya karena ini partai politik, karena ini ada kampanye.
Selama itu tidak ada pembiayaan dari publik, maka usaha untuk melakukan fundraising menjadi sangat rumit.
Dan kami merasakan sekarang.
Oke, jadi karena saya akan mengeluarkan LHKPN Anda mas Anies.
Karena untuk pejabat publik, kekayaan itu bukan sesuatu yang harus ditutup-tutupi.
Ini laporan terakhir di 2023.
Dan mohon maaf mas Anies, Anda baca pres yang paling miskin mas.
Kekayaan Anda 11,19 miliar.
Bentar, hutangnya berapa?
Hutangnya berapa mas coba, mungkin mas Anies itu, tapi tidak ada pinjol kan mas.
Dari 11 miliar itu, mayoritas bentuknya hutang.
Karena saya masih kredit rumah sampai sekarang.
Oke, saya akan ulang pertanyaan saya.
Jadi rencana Anda selain fundraising, karena biayanya mahal.
Kami dibantu oleh banyak orang yang memberikan dukungan saat ini.
Dan yang paling nanti akan mahal adalah ketika menjelang kampanye.
Menjelang keingatan kampanye produksi alat-alat raga.
Apa yang sekarang kami lakukan?
Yang kami lakukan adalah kami membuat kontennya.
Kami taruh di cloud dan kami izinkan siapa saja memproduksi kaos, memproduksi banner, memproduksi itu.
Dari konten yang kami buat.
Kami sendiri tidak mencetak.
Tapi kami menyiapkan kontennya dan kami meminta kepada semua.
Bila Anda percaya kepada apa yang kami merencanakan, akan kami kerjakan.
Bantu kami untuk melakukan perubahan di Republik ini.
Karena tidak mungkin kita kerjakan sendirian.
Dan banyak pengusaha-pengusaha yang mau membantu.
Dana sebuah catatan, yang membantu ukuran yang menengah.
Yang besar-besar gak ada yang berani mendekati.
Semua yang besar-besar itu tidak ada yang dekat.
Yang mendekati yang tengah-tengah ini semua.
Kenapa konglomerat tidak dekat, Anies Baswedan?
Itu harusnya tanyanya ke mereka tuh. Kenapa gak dekat?
Kan Anda yang menyatakan, jadi saya follow up questionnya ke Anda Mas Anies.
Kenapa? Takut karena?
Karena kami mengalami pengusaha-pengusaha yang berinteraksi, bertemu.
Sesudah itu mereka akan mengalami pemeriksaan.
Pemeriksaan pajak, pemeriksaan-pemeriksaan yang lain-lain.
Dan ada contoh di Jawa Barat membantu, di Jawa Tengah membantu.
Setelah selesai, katanya random.
Tapi 10-10 perusahaan miliknya semuanya diperiksa pajaknya.
Yang katanya random.
Apa yang terjadi? Takut orang membantu.
Padahal yang mereka kerjakan bukan membantu saya.
Mereka membantu relawan, membantu kegiatan untuk ada event.
Mereka membiayai semua di daerahnya masing-masing.
Bukan tempat kita. Bayangkan yang besar.
Supaya tidak seuzon, saya mau minta klarifikasi.
Jadi yang Anda katakan adalah, Anda menduga alat negara digunakan untuk mengintimidasi orang-orang yang membantu pencalonan Anda.
Apakah se-clear itu?
Itu laporannya begitu.
Alat negara?
Ya.
Dan itu, kalau alat negara berarti yang memerintahkan aparat negara setinggi apa?
Saya tidak tahu yang merintahkan siapa.
Tapi fakta di lapangannya seperti itu.
Dan saya mau tanya kepada diri saya sendiri dan kita semua.
Akankah kita membiarkan republik ini berada dalam rasa takut?
Akankah kita membiarkan rasa kebebasan itu hilang?
Saya rasa tidak.
Ini adalah perjuangan kita dan saya mengajak kepada semuanya.
Termasuk pengusaha-pengusaha itu.
Bapak jangan takut.
Insyaallah kalau ada perubahan, kita akan buat negeri ini menjadi aman bagi semuanya.
Saya akan memulai membuka dengan menunjukkan apa saja pilihan teman-teman dan juga netizen
atas topik-topik yang ingin dibahas bersama Mas Anies Baswedan.
Boleh tolong produser Mata Najwa dikeluarkan hasil polling-nya?
Oke, yang paling tinggi mau bahas apa dengan Anies Baswedan?
Yang paling tinggi korupsi dan penegakan hukum, lapangan kerja, kebebasan berpendapat, lingkungan hidup.
Oke, urutannya seperti ini.
Saya akan mulai berarti tidak akan semuanya bisa dibahas teman-teman, waktunya tidak cukup.
Jadi saya akan mulai dari yang pertama, korupsi dan penegakan hukum.
Nyambung ke yang tadi Mas Anies bilang, Mas.
Dan juga yang tepat Anda paparkan di awal tadi.
Mana tuh?
Soal aparat penegak hukum yang menurut Anda tidak setara.
Yang lawan disentuh terus, yang kawan tidak disentuh.
Saya ingin fokus ke dua lembaga.
KPK dan polisi.
Saya mau mulai dengan polisi, Mas.
Yang kerap kali dapat sorotan publik dalam waktu terakhir ini.
Real, konkrit, rencana Anda terhadap reformasi lembaga kepolisian.
Akan Anda apakan polisi kalau Anda dapat kekuasaan?
Jangan dong, bahaya kalau bubar.
Masa bubar?
Gini, kita membutuhkan kepolisian yang akuntabel, transparan, bersih.
Dan menurut saya langkah nomor satu adalah memperbaiki mekanisme akuntabilitas di dalam kepolisian.
Semua langkah yang dikerjakan, ada langkah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Ada transparansi atas semua yang dilakukan.
Mengapa? Karena adalah institusi publik.
Institusi publik itu ada transparansi.
Dari mulai keaktifitas di tingkat paling bawah, tingkat polsek misalnya,
sampai dengan tingkat yang paling atas.
Dengan ada transparansi itu, maka akuntabilitas bisa kita laksanakan.
Yang kedua, harus ada pengembangan profesionalisme, kompetensi.
Ini fakta di lapangan, bahwa banyak sekali sorot-sorot kita yang bertugas di kepolisian
tidak mengalami pembekalan yang cukup.
Kalau tidak punya ketampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bisa menggunakan segala macam teknik baru,
maka teknik-teknik lamalah yang akan dipakai.
Dalam interogasi, ilmu interogasi sudah berkembang begitu besar.
Tapi kalau kita tidak mempelajari ilmu-ilmu itu, maka teknik-tekniknya juga akan teknik-teknik lama.
Dan apa yang terjadi? Muncul praktik-praktik penyimpangan.
Yang ketiga, institusi polisi harus menjadi contoh di dalam pelaksanakan penegakan hukum.
Anggota polisi yang bermasalah, yang melanggar hukum harus menjadi subyek untuk diperiksa.
Tidak bisa justru anggota kepolisian terbebas bila melakukan pelanggaran.
Mereka yang harus menjadi contoh.
Dan yang keempat adalah pelibatan publik di dalam pengawasan kepolisian.
Kepolisian seperti juga badan-badan yang lain harus bisa diawasi.
Dan salah satunya, mungkin Ombudsman, kemudian Kompolnas bisa memiliki akses yang lebih baik dalam pengawasan.
Dengan cara begitu, maka apa yang dikerjakan oleh kepolisian bisa dipertanggungjawabkan kepada publik.
Tapi kata kuncinya adalah transparansi akuntabilitas, begitu.
Mas Anies, saya mau konkrit.
Tim Percepatan Reformasi Hukum yang dibentuk Kemenkopol Hukam itu merekomendasikan satu hal spesifik soal kepolisian.
Disebut perlu dilakukan pembatasan penempatan anggota pori pada kementerian dan lembaga lain.
Saat ini banyak anggota pori yang ada di berbagai jabatan sipil di kementerian.
Sebagai sekjen, sebagai irjen, pelaksana kepala daerah, sampai komisaris di BUMN.
Dan tim percepatan reformasi mengatakan itu perlu dibatasi.
Jokenya di kalangan masyarakat, NKRI Negara Kepolisian Republik Indonesia.
Jokenya seperti itu.
Dan ini rekomendasi tim percepatan.
Sependapat dengan itu, Anda akan batasi?
Pemerintahan harus meritokratik.
Bukan hanya kepolisian yang dibatasi, posisi-posisi yang tidak seharusnya diisi oleh orang yang kompetensinya berbeda,
jangan diisi dengan orang yang berbeda.
Karena apa yang terjadi, nanti kita akan melihat institusi itu tidak fungsional lagi.
Jadi menurut saya fair saja.
Jadi, termasuk dari kampus.
Dari kampus bisa menjadi sekjen, bisa menjadi dirjen.
Kalau dia memiliki kompetensi yang tepat, enggak apa-apa.
Tapi kalau enggak, enggak boleh.
Hanya karena misalnya presiden dari kampus A, terus kemudian semua dosen-dosen dari kampus A menjadi pejabat di ABCDE.
Tidak bisa itu.
Apakah itu yang terjadi sekarang, Mas Anies?
Saya hanya follow up lho ya.
Cuma follow up question lho.
Gitu ya? Sekarang terjadi ya?
Mau nanya balik. Capresnya kan sampean, Mas.
Iya. Mudah-mudahan tidak.
Saya enggak punya data persisnya tentang kampus, tapi intinya adalah harus ada kompetensi, relevansi, integritas.
Kalau ada itu, go ahead. Kalau tidak ada, janganlah.
Oke. Itu soal polisi.
Sebelum saya ke topik yang lain, saya harus tanya KPK.
Karena rekomendasi yang sama diberikan oleh tim percepatan reformasi hukum.
Yang menyebut perlu ada revisi lagi undang-undang KPK untuk mengembalikan independensi pada lembaga ini.
Saya mau tanya dulu. Anda sepakat KPK sekarang makin tidak independen?
KPK harus independen lagi seperti dulu.
Jadi konkretnya?
Ketika ada revisi yang kemudian membuat staff KPK, karyawan KPK menjadi ASN.
Sebagaimana ASN yang lain, otomatis mereka tidak lagi memiliki ruang untuk mandiri.
Satu. Yang kedua adalah posisinya yang berada di bawah presiden.
Bila di bawah presiden dan diberikan ruang yang bebas, maka itu lain.
Tapi kita tidak pernah tahu siapa presiden di masa yang akan datang.
Apakah akan selalu memberikan ruang kepada KPK untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangannya.
Lalu yang ketiga, yang tidak kalah penting.
Buat KPK itu sendiri, selain dibuat lebih independen, tapi KPK juga harus bisa diawasi.
Tidak ada malaikat di negeri ini. Ini adalah semuanya manusia.
Dan manusia punya kecenderungan mendapatkan kekuasaan, dia bisa abuse kekuasaan itu.
Termasuk juga yang berada di dalam KPK.
Ia dimandirikan, ia diberikan kewenangan yang cukup untuk memberantas korupsi,
karena praktek korupsi sudah begitu masif.
Tapi juga harus ada mekanisme pengawasan yang baik.
Sehingga KPK tidak menjadi sebuah badan yang justru merusak praktek pemberantasan korupsi.
Mas Anies, saya harus tanya supaya tidak ada suuzon di antara kita.
Jawaban Anda soal KPK harus independen, apakah itu dipengaruhi oleh fakta bahwa KPK belasan kali menggelar expose Formula E?
Dan calon wakil presiden Anda juga sudah diperiksa KPK?
Saya tidak tahu berapa kali KPK melakukan gelar perkara.
Tapi saya percaya bahwa KPK akan menjalankan tugas itu dengan benar.
Kenapa? Karena mereka harus mengetahui dan menjawabkan kepada publik apa yang mereka kerjakan.
Dan saya percaya bahwa sejauh ini terkait dengan pelaporan-pelaporan itu semua,
mereka jalankan itu sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.
Kenapa? Masih banyak orang-orang baik yang bertahan,
yang selalu akan menjaga integritas di dalam tubuh KPK.
Itu harapan kita, itu andalan kita.
Baik, Mas Anies saya akan ke topik kedua yang dipilih oleh audiens.
Tadi lapangan kerja Mas Anies, Anda sempat menyebut tadi juga Anda sebutkan,
salah satu prioritas Anda penyediaan lapangan kerja,
bukan hanya di kota besar tapi juga di kota menengah kecil,
sehingga anak muda tidak harus pindah ke kota besar untuk dapat pekerjaan.
Konkritnya bagaimana Mas? Bagaimana agenda prioritas itu bisa Anda wujudkan?
Pelaku ekonomi mikro adalah penyedia lapangan pekerjaan yang paling cepat dan paling banyak.
Paling cepat paling banyak, itu pelaku ekonomi mikro.
Misalnya saya beri contoh, sewa sebuah garasi, sewa sebuah lahan,
diubah menjadi sebuah warung, diubah menjadi tempat konveksi,
itu langsung dia menyerap tenaga kerja.
Cepat sekali.
Nah sektor mikro ini prioritas informal.
Nah sistem pembiayaan kita itu mengasumsikan hanya membiayai sektor formal.
Jadi usaha-usaha yang formal mudah mendapatkan akses perbankan,
tapi usaha-usaha yang sifatnya informal dan mikro persaratan perbankannya rumit sekali.
Jadi konkritnya merakukan reform di dalam perizinan untuk mikro supaya lebih mudah.
Yang kedua mereform aturan-aturan terkait pembiayaan supaya mereka punya akses pada permodalan.
Dengan ada itu maka mereka bisa mengakses pasar.
Saya beri contoh, di Jakarta.
Di Jakarta ini banyak sekali yang usaha rumahan itu tidak bisa mengakses pasar online.
Kenapa nggak bisa mengakses online? Karena nggak punya izin.
Kenapa nggak punya izin? Karena dia usahanya dalam rumah.
Begitu dia mengajukan izin, lalu pemprov DKI akan bilang tidak diizinkan,
Anda bukan di zona usaha.
Lepadal zona usaha cuma daerah tertentu, ini usaha di dalam rumah.
Apa yang terjadi? Kami ubah aturan itu.
Sekarang semua wilayah di Jakarta selama itu usaha rumahan, mereka bisa berusaha di rumahnya.
Langsung punya IUMK, izin usaha mikro kecil, langsung punya NPWP,
langsung mereka bisa jualan ke pasar-pasar online.
Apa yang terjadi? Perhatikan 4 tahun terakhir ini.
Dulu yang berjualan di pasar-pasar online adalah makanan-makanan kelas menengah ke atas.
Hari ini warung pecelele di pinggir jalan pun bisa berjualan secara online.
Kenapa? Karena mereka punya izin usaha, karena mereka punya NPWP, dan mereka bisa akses ke pasar.
Jadi usaha anak muda untuk bisa mendapatkan pekerjaan itu disambungkan dengan penumbuhan mikro.
Nah anak-anak muda punya banyak sekali ide, gagasan untuk usaha.
Tapi mereka akan selalu kesulitan untuk bisa mendapatkan tempatnya bila aturan kita tidak diubah.
Lalu dorong agar pembiayaan dari pemerintah lewat BUMN, bank-bank BUMN,
lewat bank-bank swasta diberi insentif agar mereka membiayai aktivitas-aktivitas yang sifatnya mikro.
Dan ini bisa dikerjakan di seluruh Indonesia.
Dengan cara seperti itu maka lapangan pekerjaan akan meluas sekali.
Bukan hanya sektor, ada satu lagi namanya reindustrialisasi.
Kita harus membangun kembali industri-industri baru di berbagai wilayah Indonesia
sebagaimana industrialisasi pernah kita lakukan di era 70-an, 80-an, awal 90-an.
Kita harus melakukan itu di berbagai wilayah.
Supaya produk-produk yang dikonsumsi di seluruh Indonesia tidak hanya diproduksi di kawasan Jawa.
Perhatikan banyak sekali di Papua, di Kalimantan, di Sulawesi.
Ketika tanya produk ini dibikin di mana, produknya dibikin di Jawa.
Ongkos logistiknya mahal.
Kita harus melakukan reindustrialisasi. Itu kira-kira jawabannya.
Baik, terima kasih. Kita kasih tepuk tangan untuk Mas Anies Baswedan.
Mas Anies, teman-teman kita sekarang masuk sesi di mana saya akan mempersilahkan perwakilan dari UGM,
perwakilan dari dosen, mahasiswa, dan juga nanti saya akan pilih random dari audience
untuk bertanya ke bakal calon presiden Anies Baswedan.
Saya kasih kesempatan, ini kalau dosen sudah ditentukan lebih dulu.
Dan saya mendapatkan nama yaitu Dr. Mada Sukmajati.
Dr. Mada Sukmajati adalah dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Visipol UGM.
Silakan.
Langsung ya Mbak Nana.
Silakan langsung.
Terima kasih Mbak Nana atas waktunya.
Selamat sore Pak Anies.
Salam sehat selalu dan selamat datang kembali ke kampus biru, kampus kita bersama.
Pak Anies, partai-partai politik yang mencalonkan Pak Anies ini kan memilih nama Koalisi Perubahan.
Jadi tentunya nama ini merupakan fondasi utama dari berbagai program yang nanti akan diusung oleh Pak Anies
bagaimana beberapa tadi sudah disampaikan.
Nah pertanyaan saya, ini sejauh mana sebenarnya perubahan ini akan Pak Anies implementasikan?
Apakah perubahan total, perubahan mayor atau minor?
Kalau dalam ujian skripsi ini revisinya revisi minor, revisi mayor atau ujian ulang Pak Anies?
Nah mungkin mohon itu bisa diberikan respon dulu secara gambaran besar.
Apa kira-kira visi perubahan itu yang kemudian akan diimplementasikan oleh Pak Anies?
Apalagi jika dipandingkan dengan berbagai program yang sekarang ini sudah disediakan oleh pemerintah.
Baik, silakan Mas Anies.
Nanti kalau ada waktu saya akan kasih kesempatan untuk follow up, tapi tergantung waktunya ya Pak.
Silakan dijawab dulu Mas Anies.
Pertama kegagasan perubahan itu Pak, mungkin berbeda dengan skripsi.
Kalau skripsi barangnya udah jadi Pak kemarin.
Kalau ini adalah kita bicara Indonesia ke depan, produk berikutnya.
Apa yang sudah dikerjakan sampai dengan sekarang itu dimulainya bukan 2014, bukan dimulai 2019, bukan dimulai 2009.
Ini dikerjakan 1945.
Jadi kita ini sebagai bangsa memutuskan kami merdeka untuk meraih keadilan sosial.
Itu dikatakan tahun 1945.
Tiap 5 tahun kita berhenti sejenak.
Untuk apa? Kalibrasi.
Apakah kita masih menuju kepada tujuan kita?
Tiap 5 tahun kita berhenti.
Dan disitulah kita 2024 akan berada.
Jadi ini bukan soal melanjutkan atau tidak melanjutkan yang dikerjakan 5 tahun, 10 tahun ke belakang.
Tapi ini soal bagaimana kita meraih yang kita tuju ketika republik ini dirilikan.
Jadi Prof. Mada yang menjadi gagasan dari kita tentang perubahan adalah
memasukkan unsur keadilan di dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat.
Bijakan rekrutmen mahasiswa baru.
Sudahkah mencerminkan prinsip keadilan?
Sudahkah siapa saja berhak mendapatkan kesempatan yang sama?
Itu pertanyaan sederhana.
Kalau belum, koreksi.
Pembangunan infrastruktur.
Sudahkah pembangunan infrastruktur memberikan manfaat yang setara bagi semua?
Saya contoh konkret.
Banyak yang bertanya tentang jalan tol.
Pertanyaan yang muncul tentang jalan tol.
Coba saya berilustrasi.
Jalan tol yang sekarang dibangun.
Lebarnya mungkin 80 meter.
Dia membebaskan tanah rakyat.
Tanahnya dibeli.
Lalu kemudian rakyatnya pindah.
Pertanyaan, bolehkah rakyat menyertakan tanahnya disitu?
Sehingga ketika tol itu nanti dibangun.
Sampai kapanpun keuntungan dari jalan tol itu juga diterima.
Oleh orang-orang yang punya tanah yang diatasnya dibangun jalan tol.
Ini prinsip keadilan.
Jadi, bukan pada tidak dilanjutkannya.
Tapi dikerjakan dengan cara yang memberikan keadilan.
Bila itu dikerjakan Pak, apa yang terjadi?
Rakyat yang terlewati jalan tol,
dia bukan hanya penonton mobil-mobil orang Jakarta berlalu lalang.
Tapi mereka merasakan keuntungan dari kegiatan investasi di jalan tol.
Karena jalan tol itu investasi swasta.
Contoh seperti ini Pak.
Di dalam semua aspek,
Sudahkah aspek kesehatan itu mencerminkan prinsip keadilan?
Dalam tadi, berilustrasi soal usaha mikro.
Kita selama ini,
tidak memperhatikan bagaimana pemberian kredit mencerminkan keadilan atau tidak.
Saya beri contoh Pak.
Ketika Bapak mau mengurus kredit untuk motor,
kredit untuk mobil,
luar biasa mudah.
Tapi kredit untuk rumah sulit.
Di sisi lain,
kalau Bapak punya rumah, punya akses,
maka rumah itu nilainya akan naik terus.
Sementara kalau beli motor dan mobil,
nilainya akan turun terus.
Apakah negara akan membiarkan praktek-praktek,
fasilitas-fasilitas yang tidak setara?
Jadi, nanti perubahan yang akan dirasakan adalah
di semua aspek kebijakan,
di situ ada unsur keadilan yang harus dihadirkan.
Itu yang direncanakan mulai 2024 ke depan.
Jadi bukan mengubah yang sekarang sudah ada,
bukan mengubah dalam artian membatalkan,
tapi justru memperkaya dan membuat perubahan itu dirasakan oleh semua rakyat di Indonesia.
Begitu Pak, makasih.
Pak Mada, apakah Anda ingin follow up?
Saya kasih waktu singkat, tapi jangan membuka pertanyaan baru ya Pak.
Silahkan, singkat saja.
Terima kasih.
Pertanyaan saya, penting saya sampaikan Pak Anies,
karena di masyarakat ini biar tidak berkembang ya,
persepsi bahwa ganti presiden, ganti kebijakan.
Kemudian ganti menteri juga ganti kebijakan nanti dan seterusnya.
Mudah-mudahan penjelasan Pak Anies tadi bisa menginspirasi kita.
Tadi disampaikan bahwa tidak semua akan dirubah secara total.
Terima kasih Pak Mada.
Dan itu kami alami Pak ketika kemarin maju di Pilkada Jakarta.
Semua yang berada di sisi incumbent selalu mengatakan hati-hati,
kalau nanti gubernurnya baru, maka programnya akan berhenti, berhenti, berhenti.
Yang terjadi bukan berhenti, ditambahkan, diberikan inovasi,
dan justru janji yang tidak dilaksanakan, dilaksanakan oleh gubernur yang terpilih berikutnya.
Yang berikutnya saya kasih kesempatan kepada Prof. Popi Sulistyaning Winanti.
Prof. Popi adalah dosen Departemen Hubungan Internasional, Prinsipal UGM.
Prof. Popi ada di mana Prof? Ada di sana. Silahkan.
Terima kasih Mbak Najwa.
Pertanyaan saya ke Pak Anies sebetulnya terkait dengan acara yang diikuti Pak Anies kemarin, baru saja kemarin.
Pak Anies menghadiri acara Indonesia Energy Transition Dialogue tahun 2023 yang ke-6.
Dan pada kesempatan tersebut Pak Anies menyampaikan gagasan 5 pilar menuju energi yang memanusiakan.
Dari tataran gagasan tentu saja tawaran Pak Anies sangat menarik dan perlu diapresiasi.
Tapi pertanyaannya gimana Pak cara mengimplementasikannya?
How to make it works? Itu pertanyaannya.
Karena jujur saja kita kan sekarang menghadapi dilema.
Di satu sisi kita harus komit terhadap berbagai macam komitmen internasional untuk merespons perubahan iklim.
Tetapi di sisi yang lain sebagian negara yang masih tergolong pada emerging market Indonesia mau tidak mau harus terus
memperhatikan kebutuhan, kepentingan, ketahanan energi yang 80 atau mungkin 90 persen masih tergantung pada energi fosil.
Sehingga bagaimana konkretnya Pak Anies untuk menuju energi yang menurut Pak Anies tadi energi yang memanusiakan
padahal kita punya banyak mafia batubara.
Dan di sisi yang lain ada geopolitik yang di luar terkait dengan persaingan negara adikaya.
Terima kasih.
Terima kasih Prof. Popi silahkan.
Nana boleh saya sambil berdiri?
Boleh silahkan Pak Anies.
Silahkan the floor is yours.
Bu Popi begini, terima kasih Ibu melihat.
Jadi buat yang tidak lihat berkali-kali kemarin diadakan diskusi bagaimana transisi energi Indonesia
ke depan dan tiga baca pres diundang sayangnya hanya satu yang hadir untuk menjawab gagasan soal itu.
Nah saya sampaikan di situ lima pilar yang Bu Popi sampaikan betul sekali Ibu.
Tantangan kita, kita memiliki komitmen dengan dunia.
Dari mulai ada COP di 2009 kemudian COP 20 dan lain-lain.
Nah apa yang kemarin saya sampaikan untuk eksekusi.
Nomor satu, sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, daerah terkait penanganan lingkungan hidup.
Hari ini tidak ada sinkronisasi itu.
Kalau kebijakan pusat, provinsi, dan kabupaten, kota tidak sinkron,
maka komitmen nasional tidak dijalankan di tingkat provinsi apalagi di tingkat kabupaten, kota.
Lalu yang muncul adalah capean-capean itu tidak bisa terlaksana, target-target itu tidak bisa terlaksana.
Jadi itu nomor satu.
Yang kedua, kita harus melibatkan semua stakeholder termasuk swasta di dalam usaha mencapai target-target transisi ini.
Nah bila ini dikerjakan sama-sama dan serius, saya yakin bisa.
Lalu apakah kita perlu waktu untuk melakukan transisi?
Transisi kepada apa? Energi baru dan terbarukan, EBT.
Ini prosesnya panjang, tapi harus dimulai.
Nah kami melihat ada insentif yang harus diberikan.
Inilah peran diplomasi, mungkin Ibu juga lihat kemarin setengah diplomasi.
Ada pembiayaan global untuk climate crisis yang Indonesia bisa akses.
Dan kita memiliki kekayaan alam, hutan, kemudian hutan tropis, kemudian juga kekayaan-kekayaan biologi lain
yang membuat kita bisa menerjemahkan ini di dalam carbon trading mekanisme.
Sehingga kita bisa mendapatkan bantuan pembiayaan untuk melakukan konversi.
Ada sumber energi yang sangat besar dimiliki Indonesia, namanya sumber daya panas bumi.
40% dari panas bumi dunia itu ada di Indonesia.
Tapi biaya untuk eksplorasinya mahal sekali.
Dan tidak ada private sector yang berani ambil risiko.
Karena itulah kemarin saya sampaikan negara harus hadir, negara invest disini.
Lalu ketika sudah mulai eksploitasi baru private sector dilibatkan untuk kemudian kita punya sumber energi yang baik.
Jadi terkait dengan hari ini kita masih menggunakan fosil base energi,
ini mau tidak mau akan bergeser tapi tidak mungkin dikerjakan dalam waktu yang singkat.
Jadi eksekusinya adalah sinkron pusat, provinsi, daerah,
libatkan negara, swasta, yang ketiga libatkan internasional,
yang keempat alokasikan anggaran yang cukup dari negara untuk investasi awal bagi energi baru dan terbarukan.
Empat hal itu mbak, terima kasih.
Baik, terima kasih Mas Anies.
Saya ingin kasih kesempatan yang berikutnya ke perwakilan mahasiswa
dari forum advokasi mahasiswa, ada Divana Anarchia Riale atau Arsha.
Arsha ada dimana? Silahkan Arsha.
Baik, terima kasih banyak atas waktunya Mbak Nana.
Selamat sore Pak Anies, perkenalkan nama saya Arsha,
saya adalah mahasiswi Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipal UGM.
Jadi karena saya adalah seorang mahasiswa Pak,
saya tuh tertarik dengan isu pendidikan tinggi yang Pak Anies bawa.
Yang saya tangkap tadi dari paparan Pak Anies,
Pak Anies tuh untuk melawan komersialisasi pendidikan tinggi
dan juga untuk menjamin adanya akses pendidikan tinggi,
Pak Anies ingin menghadirkan negara di dalam mengatasi problem-problem ini.
Pertanyaan saya Pak, satu saja sih, cuman mungkin agak panjang.
Serealistis apa sih Pak gagasan untuk menghadirkan negara
untuk mengatasi masalah akses pendidikan tinggi
ketika kita itu berbicara mengenai pengadaan pendanaan Pak.
Karena dari gagasan-gagasan lain yang tadi sempat Bapak sampaikan,
saya mendapati ada satu karakteristik yang sama,
yaitu gagasan-gagasan Bapak itu butuh uang yang tidak sedikit.
Misalkan Pak ada gagasan untuk intervensi negara dalam hal ibu hamil
dan juga anak di mana negara mendampingi pada saat itu.
Ada juga mengenai akses kesehatan murah,
ada juga mengenai pengadaan bangku sekolah dasar
agar tidak berbentuk piramida mengerucut ke atas.
Ada juga tentang tadi insentif kepada bank-bank swasta
agar UMKM itu tuh bisa terdorong.
Baik, boleh dipersingkat Arsyas ya harus kasih kesempatan mahasiswa lain.
Baik, kekawitan saya sebagai mahasiswa Pak,
kita ini takutnya nanti jadi lupa Pak
dengan aspek-aspek penting yang perlu dipertimbangkan
karena kita terlalu fokus dan kita terlalu asyik berbicara
hanya di tataran ide dan gagasan.
Terima kasih banyak.
Pengeluaran untuk kesehatan dan pengeluaran untuk pendidikan
jangan dipandang sebagai kos.
Kalau itu dipandang sebagai kos,
maka kita akan selalu bicara bagaimana mengecilkan.
Pandang ini sebagai investasi.
Begitu itu dipandang sebagai investasi,
maka yang kita pikirkan apa kembaliannya besok.
Apa kembaliannya besok?
Dan ketika kita investasi dengan program posyandu yang masif di seluruh Indonesia,
memastikan bahwa dari mulai ibu hamil itu ada pasokan nutrisi yang sehat,
maka itu investasi karena besok kita akan ketemu anak-anak yang tidak stunting,
anak-anak yang ototnya kuat,
anak-anak yang otaknya kuat,
yang kemudian mereka bisa menjadi mahasiswa yang baik di kemudian hari.
Ini return-nya berpuluh tahun.
Kebanyakan kita yang berada dalam politik ingin mengerjakan
yang lima tahun lagi bisa dipoto dan dipaparkan menjelang pemilu berikutnya.
Sudah saatnya kita mengubah.
Kebijakan-kebijakan dibuat untuk membangun manusia dan bangsa kita
menjadi maju dalam jangka panjang.
Itu investasi.
Itulah sebabnya mengapa saya katakan tadi,
hal-hal yang dasar, biayanya besar, tapi ini adalah investasi.
Yang nantinya kita akan ambil buahnya.
Mengapa kita mau keluarkan uang begitu banyak membangun jalan tol,
membangun jembatan, membangun airport,
karena kita tahu ini investasi yang akan menggerakkan perekonomian.
Seperti juga ketika kita membangun sekolah,
sekolah, bangku yang cukup.
Ketika kita bentuknya piramida,
Arsa, tegakah kita bilang kepada ibu yang tempatnya di pelosok sana,
Bu, anak ibu lahir, tapi kami bisa pastikan anak ibu gak mungkin dapat SMA.
Karena gak ada SMA di tempat ini.
Tegakah kita gak katakan itu pada dia?
Gak mungkin.
Kita harus bisa bangun sekolah di tempat itu.
Jadi, memang itu perlu biaya.
Tapi kita ingat, biaya atau pengeluaran yang dikeluarkan,
itu mencerminkan prioritas.
Kalau kita lihat APBN kita,
dalam waktu 15 tahun terakhir ini,
mengalami lonjakan yang cukup tinggi.
Tapi kebanyakan dari biaya itu,
justru dikeluarkan untuk biaya yang sifatnya operasional.
Kita harus geser agar lebih banyak untuk biaya pembangunan,
dan biaya pembangunan itu manusia.
Contoh yang sudah berhasil melakukan ini mana?
Semua negara maju di Asia.
Mereka maju karena investasi pada kualitas manusia sejak dulu.
Korea Selatan, Cina, Jepang, Singapur, Taiwan.
Mereka sudah mengerjakan berat di awal,
tapi sekarang mereka merasakan buahnya.
Bahwa mereka memiliki kualitas manusia yang baik.
Komitmen itu harus ada, dan itu dari mana?
Dari negara.
Makasih.
Mas Anies, izinkan saya untuk follow up singkat.
Konkretnya kalau perguruan tinggi bagaimana mas?
Karena biaya kuliah makin mahal,
tabungan orang tua selama 18 tahun,
sejak anaknya lahir dan lulus SMA,
itu tidak cukup untuk membiayai UKT yang semakin tinggi mas Anies.
Konkretnya apa peran negara di sini?
Jadi begini, saya beri contoh.
Biaya untuk melakukan perguruan tinggi itu besar.
Tidak kecil, ini Bu Rektor.
Persoalannya mau dibebankan kepada siapa?
Beban ini.
Menurut saya, negara harus memberikan lebih banyak
dari yang sekarang diberikan.
Lebih besar.
Dan menurut saya, saya mampu.
Hanya soal kita mau mengerjakan apa tidak.
Kami pekerjaan di Jakarta.
Di Jakarta ini tidak masuk dalam janji.
Waktu kampanye tidak ada janji ini.
Tapi apa yang terjadi?
Saya menyaksikan anak-anak yang bukan dari keluarga miskin.
Kalau keluarga miskin ada programnya.
Problem utamanya di kita itu adalah
mereka yang sedikit di atas miskin.
Mereka yang orang tuanya UMP, plus minus UMP.
Itu mereka yang tidak bisa mendapatkan biaya.
Kalau yang miskin sekalian, banyak bantuannya.
Dan ada dapodik, ada data bantuan sosial.
Mereka yang sangat miskin dan miskin dapat.
Problem kita itu apa?
Memikirkan yang miskin saja.
Yang di tengah-tengah, enggak ada yang ngebantuin.
Dan yang di tengah-tengah inilah yang jadi masalah.
Saya beri contoh, Jakarta saja sebagai provinsi ini.
Kami, mereka yang statusnya orang tuanya UMP plus minus 10%.
Jadi gaji UMP 10%, mereka itu mendapatkan bantuan
beasiswa dari pemerintah DKI, 9 juta rupiah per semester.
Dan itu diberikan pada 14 ribu mahasiswa dan kuliah di mana saja.
Saratnya apa? Diterima di perguruan tinggi negeri.
Jadi kalau pemerintah kota saja itu bisa memberikan,
saya yakin bila ada kemauan politik,
maka kita akan bisa berikan alokasi yang cukup.
Sehingga kampus-kampus bisa menjadi rumah belajar
bagi mereka yang berasal dari keluarga yang di tengah ini.
Bukan hanya yang di bawah dan di atas.
Baik, terima kasih Mas Anies.
Saya akan kasih kesempatan ke floor untuk bertanya ke Mas Anies.
Boleh lampunya diterangin supaya mata Najwa bisa melihat lebih jelas.
Yang mau bertanya?
Boleh saya minta yang berbaju kuning yang mengangkat disitu boleh kesana.
Dan nanti saya akan ke atas di sebelah sana.
Boleh yang berbaju kuning dulu langsung pertanyaannya.
Silahkan, boleh tolong perkenalkan diri dari mana, namanya siapa?
Silahkan.
Terdengar, silahkan Mas.
Selamat siang, Pak Anies.
Selamat sore.
Selamat sore.
Perkenalkan, nama saya Mumtaz dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Judusan manajemen.
Saya aktif di Syariah Economics Forum, Pak Anies.
Oke, jadi pertanyaan saya singkat saja Pak Anies.
Saya meyakini bahwa ekonomi syariah adalah solusi dari permasalahan ekonomi di Indonesia saat ini.
Pertanyaan singkatnya adalah bagaimana Pak Anies memanah ekonomi syariah.
Dan apa langkah-langkah Pak Anies ke depannya untuk ekonomi syariah di Indonesia.
Karena mengingat Indonesia adalah negara dengan kaum muslim terbesar,
dan ekonomi syariah memang hal yang masih bisa dikembangkan secara lebih mendalam lagi,
lebih lanjut lagi, lebih jauh lagi.
Terima kasih Mas Mumtaz.
Kita kasih tepuk tangan untuk Mas Mumtaz dari Fakultas Ekonomi UGM.
Silahkan dijawab Mas Anies.
Mumtaznya adik kelas kalau gitu.
Sama-sama ekonomi ya Mas?
Sama-sama ekonomi, sama-sama manajemen.
Gini, prinsipnya yang kami bawa dari tadi adalah soal keadilan.
Dan ketika berbicara tentang prinsip ekonomi syariah,
prinsipnya adalah bagaimana itu bisa berkeadilan.
Dan pembiayaan berbasis syariah, perekonomian berbasis syariah,
setau saya bukan hanya untuk customer beragama Islam.
Sistemnya memang berbasiskan syariah,
tapi penggunanya bisa siapa saja dari latar belakang agama apa saja.
Jadi manfaatnya bisa diraih semua.
Saya melihat Indonesia tempat yang potensial untuk itu berkembang.
Dari pemerintah perlunya adalah membuat regulasi,
regulasi yang memungkinkan agar aktivitas perekonomian syariah
dari mulai BMT sampai perbankan syariah dapat kesempatan untuk maju.
BMT itu kooperasi berbasis syariah dan sampai dengan perbankan.
Malaysia sudah jauh lebih maju, Indonesia punya peluang untuk lebih maju berkembang
dan bagian dari pemerintah adalah memfasilitasi,
regulasi apa yang diperlukan untuk ini bisa tumbuh.
Karena ini bukan dikerjakan oleh negara, tapi dikerjakan oleh non-negara.
Tapi itu adalah ide yang baik terkait dengan menghadirkan keadilan.
Sebelum saya lempar ke teman-teman yang ada di atas,
saya ingin kembali lagi ke slido, ke polling tadi.
Karena saya ingin mengajukan pertanyaan ini,
karena ini pertanyaan yang juga paling tinggi diminta untuk dibahas.
Yang tadi adalah kebebasan berpendapat.
Saya masih pakai patokan yang tadi.
Boleh saya minta kebebasan berpendapat?
Mas Anies, saya akan bertanya itu dan pertanyaannya sederhana saja.
Soal kebebasan berpendapat mas.
Apa tuh?
Kalau diminta kasih skor, nilai, 1-10.
Seberapa atmosfer kebebasan berpendapat di negeri ini menurut Anda?
Ini di sini udah pada hu aja semua.
Selama kita menulis tentang Indonesia masih harus menggunakan Wakanda,
maka skor kita masih rendah.
Selama kita masih harus menggunakan nama-nama selain kita sendiri
untuk mengungkapkan apa yang menjadi pikiran kita,
maka skor kita masih rendah.
Jadi sudah tidak boleh lagi ada rasa takut dalam berekspresi.
Ini ya, demokrasi.
Di kampus ini kita memperjuangkan kebebasan berbicara.
Saya waktu itu mahasiswa di sini.
Dan kita menolak segala macam pelarangan atas kebebasan pers.
Ketika waktu itu di Bredel, Bula Sumur depan sana,
menjadi saksi bahwa mahasiswa di Jogja bergerak paling awal
untuk melawan pemberedelan semua media-media pada masa itu.
Hari ini kampus ini harus terus juga begitu.
Jadi menurut saya kebebasan berpendapat hari ini di Indonesia sedang bermasalah.
Jadi nilainya berapa mas?
Skor angkanya mungkin sekitar 5 dan 6.
5 atau 6 mas?
Karena kalau 6 udah lulus, 5 tuh gak lulus mas.
Ada juga gak lulusnya 7.
Jadi ini 5?
Kalau begini, angka itu bisa meredusir kompleksitas.
Jadi kita bisa terjebak di dalam kuantifikasi.
Nanti bisa menyebut 7, 8.
Itu sen saja.
Dan kita tidak bisa seserhana sekedar angka saja.
Tapi menurut saya kita masih jauh dari harapan sekarang.
Dan itu tadi saya katakan.
Bila ungkapan-ungkapan ini.
Dan kampus-kampus kita menyaksikan.
Dosen yang diperiksa, dosen bahkan dibawa ke proses kriminal.
Hanya karena mengungkapkan pandangan dari mulai di Aceh.
Bahkan dosen UGM lalu, 2020 ada dosen yang mengalami hal yang sama di tempat ini.
Dan ini yang harus diubah.
Kita harus memberikan, apalagi di kampus, ruang kebebasan berekspresi.
Mengkritik pemerintah itu sah.
Dan itu boleh apalagi dilakukan oleh kampus-kampus.
Kenapa ini terjadi?
Bayangkan, ketika ada praktek-praktek ketidakadilan.
Ketika ada tindakan-tindakan negara yang salah.
Kampus diam.
Kampus enggak berbicara.
Lalu siapa yang berbicara? Tokoh agama berbicara.
Tokoh-tokoh ulama berbicara.
Tokoh-tokoh Kristen bicara.
Tokoh katolik bicara.
Tapi tokoh-tokoh akademia tidak.
Dan ini terjadi karena kita ada perasaan khawatir.
Ini harus diubah.
Jadi kebebasan berbicara nasional,
tapi juga menurut saya yang paling penting dikembalikan adalah
kebebasan berbicara di dalam kampus-kampus harus dikembalikan.
Baik. Terima kasih. Kita kasih tepuk tangan untuk Mas Anies.
Saya akan ke atas. Apakah sudah ada mic yang bisa ke atas?
Supaya saya bisa lempar kesempatan.
Sebentar saya lihat dulu.
Saya mau minta perempuan.
Boleh adek yang loncat-loncat pake baju putih dan jilbab?
Aku seneng banget liat kamu loncat-loncat.
Boleh yang sebelah sana?
Baik.
Dan saya juga akan minta pertanyaan.
Saya tahu ada banyak sekali pertanyaan di medsos,
di kolom komentar dan juga live streaming.
Tolong nanti disiapkan ya teman-teman.
Bisa kita keluarkan di sana.
Tapi sebelumnya silahkan adek.
Namanya siapa?
Terima kasih atas kesempatannya Mbak Nana.
Perkenalkan, nama saya Rania Feta Sosebila.
Dari Fakultas Hidup Sosial dan Hidup Politik.
Jurusan Hidup Hubungan Internasional.
Oke.
Sorry.
Namanya, panggilannya adek cepet banget tadi kamu ngomongnya.
Panggilannya siapa?
Rania.
Rania.
Iya betul.
Silahkan Rania mau tanya apa?
Saya ingin bertanya soal tentang imigrasi di Indonesia.
Jadi yang, ada satu berita yang saya baca akhir-akhir ini.
Jadi tentang turis yang hidup di Indonesia tanpa ada kontribusi tersendiri di Indonesia.
Saya ingin, seperti berita yang saya baca itu ada satu kelompok turis yang membuat perumahan tersendiri di Bali.
Tapi mereka tidak membuat kontribusi tersendiri di Bali tersendiri.
Mereka tidak bisa dibilang turis tapi tidak bisa dibilang warga Indonesia.
Jadi apa yang akan Bapak Anies lakukan untuk regulasi imigrasi tersendiri?
Terima kasih.
Terima kasih Rania.
Silahkan Mas Anies.
Rania makasih.
Sebenarnya penegakan aturan dengan adanya sistem informasi yang lebih baik,
maka kedatangan, kepulangan itu harus terkendali.
Apalagi statusnya sebagai turis.
Turis itu by definition sementara, namanya juga turis.
Dia kesini untuk tur.
Dan ketika periode turnya selesai, dia harus pulang.
Nah seringkali kita tidak melakukan pengawasan, tidak melakukan penindakan,
dan seringkali belum tentu punya sistemnya.
Jadi menurut saya laksanakan aturan, perbaiki sistemnya, tindak mereka yang melanggar,
dan gampang sekali kalau turis itu.
Tinggal diantar ke airport, masukkan pesawat, dan bye-bye.
Silahkan pulang ke kampung halaman Anda.
Selesai.
Baik. Mas Anies, ada pertanyaan yang muncul dari live streaming.
Bahrudin, jika terpilih menjadi presiden RI pada 2024,
bagaimana Bapak memilih menteri di kabinet yang Bapak pimpin?
Satu, kompeten.
Memiliki kompetensi yang relevan dengan bidangnya.
Dua, berintegritas.
Punya rekam jejak yang baik, tak bermasalah.
Di Republik ini banyak sekali orang yang dituding bermasalah,
walaupun senyatanya tak bermasalah.
Tapi ada juga orang yang sesungguhnya bermasalah,
tapi selalu lolos dari pemeriksaan.
Jadi berintegritas.
Yang ketiga, dia memiliki rekam karya yang baik.
Rekam kerja, rekam kinerja yang baik.
Sehingga kita bisa memproyeksikan bahwa ke depan dia akan baik.
Yang keempat, dia memiliki visi yang sama dengan visi yang dimiliki oleh pimpinannya.
Sehingga ketika bekerja, memiliki visi yang sama.
Visi itu artinya termasuk nilai.
Dia mempercayai pada prinsip dasar bahwa keadilan harus ada di dalam setiap kebijakan.
Kira-kira empat itu minimal kriteria yang digunakan.
Baik, saya ingin langsung ke pertanyaan yang sudah muncul di media sosial.
Boleh tolong dikeluarkan pertanyaannya.
Untuk semua capres, mau tanya bagaimana cara dan solusi jika kita menjadi sandwich generation.
Jadi harus membiayai orang tua juga.
Jadi kejepit mas sandwich, di atas dan di bawah.
Ada beban untuk membiayai, bukan hanya biaya diri sendiri, biayai orang tua, tapi juga biaya adik.
Banyak sekarang mas, dede-dede kita yang sandwich generation.
Nomor satu, ketika Anda mendapatkan tanggung jawab ikut membiayai orang tua,
maka jangan pernah pandang ini sebagai beban, tapi pandang ini sebagai sumur pahala untuk Anda membiayai orang tua.
Nomor satu, jangan pernah pandang membiayai orang tua itu sebagai beban,
karena dia sudah membiayai Anda selama ini.
Itu penting sekali.
Kenapa teman-teman sekalian? Kita ambil tanggung jawab soal ini.
Apakah berat? Berat ringan itu soal perasaan.
Bila dijalani dengan sepenuh hati, maka itu akan bisa terasa ringan.
Jadi nomor satu menurut saya mindsetnya.
Yang kedua, tentu cari kesempatan.
Dan cari kesempatan ini, teman-teman sekalian, ketika Anda dapat beban sandwich begini,
ingat teman-teman, ini sesungguhnya adalah masa pembelajaran yang di kemudian hari,
hampir pasti Anda punya pengalaman mengelola beban yang besar.
Anda ketika nanti memimpin, Anda ketika punya tanggung jawab, Anda punya pengalaman pengelolaan beban yang lebih tinggi.
Jadi saya ingin usul pada teman-teman, jangan berharap segalanya serba ringan, serganya serba enak.
Ketika Anda ketemu tanggung jawab ekstra, pandang ini sebagai persiapan untuk dapat tanggung jawab lebih besar di kemudian hari.
Jadi cari peluang, cari kesempatan yang ulet.
Kalau orang lain hanya belajar, kemudian di kosan Anda harus belajar dan bekerja.
Dan seberat-beratnya apa yang Anda alami, Anda boleh bilang pada diri sendiri,
saya bukan orang pertama yang melewati ini, pasti ada orang lain sebelum saya melewati ini,
dan if they survive, I will survive.
Mas Anies, saya mau bertanya isu kekinian, dan saya akan tanyakan ini ke seluruh bakal calon presiden yang ada.
Lingkungan hidup spesifiknya isu rempang mas.
Yang kaitannya dengan proyek strategis nasional, yang saat ini dijalankan pemerintah untuk pembangunan, investasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Karena kalau kita lihat dampak dari PSN ini, konflik agraria terus muncul, dan kadang menimbulkan korban kekerasan.
Ada datanya mas, catatan konsorsium pembaruan agraria, setidaknya ada 32 letusan konflik agraria,
dan 11 diantaranya terkait dengan proyek strategis nasional.
Apakah konsep dan pendekatan saat ini yang dilakukan oleh pemerintah saat ini,
dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi akan diganti dengan kebijakan lain?
Apakah Anda punya strategi pendekatan yang berbeda?
Jadi begitu sebuah kegiatan itu menjadi PSN, maka akan ada deretan kemudahan yang diberikan, kan gitu kira-kiranya.
Supaya eksekusinya menjadi cepat, itulah sebabnya program-program yang dimasukkan menjadi PSN,
maka dia akan bisa berjalan lebih cepat dibandingkan tidak masuk pada PSN.
Idenya untuk mempercepat itu fine, karena itulah kita harapkan untuk bisa meraih kesejahteraan lebih cepat.
Apa ruang yang harus diperbaiki?
Satu, penentuan program sebagai program strategis atau tidak harus ada di tangan teknokrasi,
bukan di tangan dunia usaha.
Kalau itu dibalik proposalnya dari dunia usaha, pemerintah hanya memberikan stempel,
maka muncul masalah banyak sekali.
Dimulai dari teknokrasi, dari mana itu kita punya RPJP, kita punya RPJMN.
Kemudian dari sini diterjemahkan dalam bentuk program,
mana yang diputuskan menjadi strategis, mana yang tidak.
Jadi penentuan PSNnya itu kunci, lalu disitu perlu ada partisipasi publik.
Kita seringkali tidak tahu kenapa sesuatu masuk menjadi PSN.
Harus ada transparansi agar program-program yang masuk PSN bisa dipertanggungjawabkan.
Sehingga ini bukan menjadi tempat untuk titipan.
Kalau tempat untuk titipan apa yang terjadi?
Siapa saja bisa titip dan kita tidak tahu apa prosesnya, apa dampaknya,
semuanya masuk di dalam kategori PSN.
Jadi gagasan PSNnya sendiri itu bukan gagasan yang bermasalah.
Tetapi kriteria masuk PSNnya harus dibuat transparan, jelas.
Yang kedua prosesnya teknokrasi.
Apa yang saya maksud proses teknokrasi?
Begini, ketika negara punya RPJP, negara punya RPJMN,
negara menjelaskan jangka panjang kita akan membangun ABCDFG, itu teknokrasi.
Tapi kalau non-teknokrasi, saya punya keinginan untuk investasi di sini sebagai pengusaha,
lalu kemudian saya mencoba untuk menawarkan gagasan ini kepada kementerian ABCDE,
lalu jadilah dia PSN, ini namanya profit center penentuannya,
bukan kepada kepentingan publik.
Apakah itu artinya, jika kalau nanti Anda terpilih, Anda akan melihat ulang daftar PSN yang ada saat ini,
termasuk diantaranya, saya tahu Anda sudah sering ditanya soal ini,
tapi saya mau tanya lagi mas, termasuk proyek ISN yaitu IKN.
Dan itu bukan hanya, kemudian selera presiden, selera menteri, dibuka kepada publik,
diberikan kesempatan untuk pembahasan bersama publik,
maka program-program yang memang sejalan dengan kepentingan publik, pasti akan jalan.
Tapi program-program yang belum tentu sejalan dengan kepentingan publik, pasti publik tidak akan menerimanya.
Jadi bukan kemudian saya secara selera pribadi, 1, 2, 3, 4, bukan.
Tapi libatkan publik, dan saya percaya kalau libatkan publik, maka publik akan bisa memilih yang baik.
Kita kasih tepuk tangan untuk bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan dan Persatuan, Anies Baswedan,
yang sudah satu setengah jam bersama kita.
Mas Anies, saya ingin memberikan pertanyaan penutup mas.
Sudah selesai ya?
Sudah selesai mas.
Tidak terasa, atau terasa, atau bagaimana?
Tidak terasa.
Tidak terasa ya.
Mau lanjut sampai malam, tapi enggak mas, harus adil, karena setelah ini saya akan berbincang dengan Mas Ganjar Pranowo,
dan juga berbincang dengan Pak Prabowo Subianto.
Mas Anies, saya mau tanya pertanyaan terakhir, dan lagi-lagi supaya adil,
ini pertanyaan yang akan saya ajukan ke semua bakal calon presiden.
Saya mau minta Anda refleksi mas.
Refleksi.
Karena sebagai pemimpin itu harus punya kemampuan refleksi diri.
Bukan hanya bisa memahami orang lain, bukan hanya bisa memahami rakyatnya,
tetapi juga bisa memahami diri sendiri.
Nah kalau bicara refleksi, itu erat kaitannya dengan kegiatan bercermin.
Jadi supaya seru, saya mau minta teman-teman Mata Najwa,
boleh enggak ada cermin besar di sini supaya Mas Anies bisa ngacah?
Mas Anies, saya akan meminta Anda untuk berbicara dengan pantulan bayangan Anda sendiri mas,
seolah-olah Anda berbicara dengan diri sendiri.
Kapan lagi ngerjain capres suruh ngacah kan?
Mas, kira-kira apa yang ingin Anda sampaikan ke diri sendiri,
terkait keputusan besar mencalonkan diri menjadi presiden,
refleksi atas apa yang sudah Anda jalani selama ini, rekam jejak Anda,
karakter Anda, dan sekarang Anda berkeinginan jadi orang nomor satu di negeri ini.
Apa refleksi diri Anda mas?
Boleh saya minta ke depan Mas Anies?
Ini yang pada kepunyaan Kak Markos belum tentu ada kacanya juga di kamarkos.
Ini khusus mas, baik.
Jadi saya bicara di sini.
Mas Anies, boleh berdiri di situ.
Ada tandanya mas.
Jadi menyapa diri sendiri, Mas Anies biasanya memanggil diri sendiri apa?
Anies.
Anies, oke jadi memanggil dengan nama ya.
Biasanya aku, saya, atau Nies-Nies, ya terserah mas, aku gak mau ngatur-ngatur, mohon maaf.
Silahkan lah kalau sama diri sendiri.
Jadi gitu ya Mas Anies, silahkan.
Bentar, saya harus mikir dulu nih, jadi reflektif gitu ya.
Reflektif, dari perjalanan, rekam jejak, dan apa yang ingin Anda tuju.
Gak main-main loh mas, Anda mau jadi orang yang memimpin 275 juta penduduk di negeri ini.
Silahkan Mas Anies.
Ini mau mulainya juga repot nih kita.
Gini, saya ini gak pernah ngomong di depan kaca, ini pertama kali nih.
Gak apa-apa Mas, selalu ada yang pertama di mata Najwa.
Ngomong depan kamera lebih mudah daripada ngomong depan kaca pada diri sendiri.
Oke.
Di tempat ini, di lapangan ini, saya kelas 1 SD, dan bermain sepak bola pertama kali di lapangan terbuka, namanya lapangan STO.
Pada waktu itu, saya kelas 1 SD, sekolahnya diskip.
Pada tahun 1989, saya berada di lapangan ini, namanya lapangan Pancasila.
Menjadi mahasiswa Universitas Gajah Mada, universitas yang saya impikan sejak saya SD ketika main di lapangan ini.
Tahun 1991, saya menjadi Ketua Panitia Ospek untuk mahasiswa baru, saat itu tahun ke-2.
Dan saya menyambut adik-adik mahasiswa baru yang kuliah disini.
Di tahun 1992, saya berbicara kepada adik-adik mahasiswa baru, menyampaikan kepada mereka bagaimana menjadi mahasiswa di Gajah Mada.
Saat itu saya ketua senat mahasiswa UGM.
2015-2016 saya kembali kesini, bertemu dengan, di tempat ini lagi, di tempat ini lagi, dengan mahasiswa baru menceritakan bagaimana masa depan.
Dan hari ini, 19 September 2023, anak yang waktu itu umur 7 tahun main sepak bola di lapangan Pancasila,
sekarang berada disini, diminta mentukar gagasan tentang Indonesia ke depan untuk 275 juta penduduk Indonesia.
Anies, ingatlah apa yang dikatakan oleh ibumu ketika dia mengantarkanmu masuk sekolah SD umur 7 tahun.
Pada saat itu dipesankan, kerja keras, rajin, dan ketika masuk kuliah, ibumu pesan, Anies yang kita miliki cuma nama baik, jaga nama itu baik-baik.
Dan hari ini sebelum saya berangkat ke Jogja, ibu saya mendoakan, dan ibu saya kembali mengatakan, Anies berada di tempat ini semata-mata karena Anies menjaga nama baik, jaga nama baik itu baik-baik.
Dan itulah refleksi saya pada sore hari ini. Terima kasih.
Untuk azan maghrib, untuk sholat maghrib, dan nanti pukul, kita akan mulai lagi selama 1 jam, tapi jam 6 nanti setelah azan maghrib akan hadir Komika Kenamaan,
Panji Prawigaksanang, yang akan menghibur kita dan menunggu sampai Mas Ganjar Pranowo hadir di tempat ini pukul 18.30.
Sekali lagi, Anies Baswedan, terima kasih banyak Mas Anies atas waktunya untuk Mata Najwa.
Teman-teman kita ketemu sebentar lagi, terima kasih. Assalamualaikum, ketemu sebentar lagi.